Sukses

Fenomena Hujan Es Melanda 2 Desa di Aceh Tengah

Hujan es dan angin kencang melanda 2 Desa di Aceh Tengah.

Liputan6.com, Jakarta Fenomena alam hujan es yang disertai angin kencang terjadi di Desa Ujung Gele dan Pepalang, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, Selasa (26/3/2019) sore. Fenomena tersebut terjadi sekitar pukul 15.00 WIB.

Sebanyak 8 unit rumah milik warga dilaporkan rusak ringan akibat fenomena alam tersebut. Terdapat 2 unit rumah yang rusak karena terpaan angin kencang di Desa Ujung Gele, dan 6 unit di Desa Pepalang.

"Awalnya, BPBD Aceh Tengah mendapat informasi dari masyarakat setempat bahwa telah terjadi hujan es dan angin kencang di desa tersebut," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Ahmad Dadek kepada Liputan6.com, Selasa (26/3/2019) malam.

Setelah mendapat informasi tersebut, Tim Reaksi Cepat (TRC) langsung terjun ke lokasi. Mereka turut serta membantu membersihkan puing-puing rumah warga yang berserakan akibat terpaan angin kencang yang disertai hujan es.

Meskipun rumah warga rusak, namun tidak ada yang mengungsi akibat bencana tersebut. Begitu pun dengan korban jiwa.

"Mendata kerusakan rumah warga dan membantu membersihkan puing-puing seng yang dibawa angin kencang," imbuh Dadek.

Cuaca masih belum kondusif usai kejadian tersebut. Mendung disertai gerimis masih melingkupi dua desa, yakni Desa Ujung Gele dan Desa Pepalang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penjelasan dari BMKG

Fenomena hujan es/hasil merupakan fenomena cuaca alamiah yg biasa terjadi. Kejadian hujan lebat/Es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi/pancaroba musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

Indikasi terjadinya hujan lebat/es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat

  • Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
  • Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)3.
  • Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis - lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu - abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
  • Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu - abu / hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).
  • Pepohonan disekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.
  • Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri
  • Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba - tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.
  • Jika 1 - 3 hari berturut - turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.

Sifat-sifat putting beliung/angin kencang berdurasi singkat

  • Sangat lokal
  • Luasannya berkisar 5 - 10 km
  • Waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit
  • Lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba)
  • Lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, dan terkadang menjelang malam hari
  • Bergerak secara garis lurus
  • Tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5 - 1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda - tandanya dengan tingkat keakuratan < 50 %
  • Hanya berasal dari awan Cumulonimbus (bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya), tetapi tidak semua awan Cb menimbulkan puting beliung
  • Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama
3 dari 4 halaman

Hujan Es Guyur Serambi Makkah

Fenomena unik muncul beriringan dengan bencana angin kencang di Aceh. Hujan es disertai angin kencang merusak sejumlah rumah warga di Desa Lhok Keutapang, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Selasa, 5 Maret 2019.

Peristiwa yang mengejutkan warga terjadi terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Enam rumah rusak dengan rincian, 2 rusak berat, 2 rusak sedang, serta 2 rusak ringan, akibat terjangan angin disertai hujan es, namun situasi sudah normal saat ini.

"Hujan es dan disertai angin kencang merusak beberapa rumah warga yang terjadi di Dusun Geunie," ungkap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Ahmad Dadek kepada Liputan6.com, Selasa (5/3/2019) malam.

Tidak ada korban jiwa akibat peristiwa ini. Puing-puing yang berserakan di lokasi sebagian telah dibersihkan, dengan bantuan dari pihak terkait.

"Korban terdampak 6 Kepala Keluarga atau KK, 15 Jiwa. Korban jiwa nihil," sebut Dadek.

Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBD) Pidie bersama pihak Musyawarah Pimpinan Pimpinan Kecamatan (Muspika) masih melakukan pendataan yang diperlukan akibat bencana ini. Perwakilan para pihak sebagian masih berada di lokasi turunnya hujan es dan angin kencang.

4 dari 4 halaman

Hujan Es Turun di Sleman

Sejumlah wilayah di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dilanda hujan yang berupa butiran kristal es pada Selasa (29/1/2019) sore.

"Hujan es terjadi di Kecamatan Seyegan dan Kecamatan Mlati," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Makwan.

Menurut dia, selain hujan es, wilayah Seyegan juga dilanda hujan lebat disertai angin kencang di Desa Margokaton yang terjadi di lima titik.

"Akibat dari kejadian angin kencang, enam pohon tumbang, satu baliho roboh dan merusak dua rumah. Tidak ada korban jiwa pada kejadian tersebut," katanya dilansir Antara.

Ia mengatakan, dampak hujan angin juga meluas hingga Kecamatan Minggir. Terjadi di dua titik semuanya di Desa Sendangrejo. "Dua pohon tumbang, satu rumah rusak sedang dan memutuskan satu jaringan listrik, nihil korban jiwa," katanya.

Kepala Kelompok Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Staklim Mlati Djoko Budiyono mengatakan, salah satu penyebab munculnya hujan es adalah aktivitas awan kumolonimbus (CB).

"Awan rendah yang pertumbuhannya vertikal menjulang ke atas. Awan itu berbentuk gumpalan seperti bunga kol dan menyerupai huruf T," katanya.

Ia mengatakan, bahwa puncak awan ini sangat tinggi hingga suhu bagian atas awan ini sudah minus.

"Akibatnya, bentuk partikel diatasnya adalah kristal-kristal es. Kristal es di bagian atas inilah yang bisa turun ke bumi dalam bentuk es," katanya.

Menurut dia, penyebab jatuhnya es dari awan ini bisa karena adanya turbulensi atau golakan angin yang kuat. Bisa juga terpental ke bawah pada saat munculnya petir. "Awan CB ini umumnya terbentuk pada periode antara siang dan sore hari," katanya.

Ia mengatakan, saat ini di wilayah DIY masih berpotensi terbentuk awan-awan CB. Hal ini mengingat di wilayah DIY masih terbentuk pola angin konvergensi atau pertemuan angin.

"Dampak lain yang bisa ditimbulkan dari awan CB ini selain hujan es adalah hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang. Termasuk puting beliung," katanya.

Meskipun durasi hidupnya bersifat lokal dan pendek yaitu antara 1-2 jam, namun dampak yang ditimbulkan bisa cukup besar. "Masyarakat kami imbau untuk mewaspadai bila di daerahnya muncul awan jenis CB ini," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini