Sukses

Tak Biasa, 5 Komunitas Ini Telah Hidup Bertahun-Tahun di Bawah Tanah

Apakah kamu pernah membanyakan untuk tinggal di bawah tanah?

Liputan6.com, Jakarta Rumah memang menjadi aspek terpenting dalam kehidupan. Selain berguna sebagai tempat tinggal, rumah juga berguna sebagai tempat berkumpul dan dapat melindungi kamu dari hal yang berbahaya. 

Rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia maupun hewan, namun untuk istilah tempat tinggal yang khusus bagi hewan adalah sangkar, sarang, atau kandang.

Umumnya orang tinggal di tempat tinggal yang tentu saja di atas tanah, karena rumah dibangun di atas tanah. Namun tidak semua orang bisa membeli atau memiliki rumah hingga sebagian dari mereka menjadi gelandangan.

Apakah kamu pernah membanyakan untuk tinggal di bawah tanah? Mungkin tidak untuk sebagian orang. Tapi pada kenyataannya ternyata banyak orang-orang yang memilih untuk tinggal di bawah tanah.

Berikut 5 komunitas orang-orang yang memilih untuk tinggal di bawah tanah bertahun-tahun seperti yang liputan6.com lansir dari List Verse, Kamis (18/4/2019)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Penduduk Terowongan Bawah Tanah Las Vegas

Sekitar 300 orang hidup di terowongan bawah tanah Las Vegas, Amerika Serikat. Terowongan itu dibuat sejak tahun 1990-an, dan diduga sejak terowongan ini dibangun, sudah banyak pula gelandangan yang tinggal di sana.

Namun, terowongan ini baru diketahui secara publik karena tempat ini jadi tempat kaburnya pembunuh bernama Timmy “T.J.” Weber pada tahun 2002.

Menurut Matthew O’Brien, yang mendokumentasikan terowongan bawah tanah ini, kebanyakan yang tinggal di terowongan tersebut adalah orang dengan penyakit fisik, mental, dan juga orang-orang bermasalah lainnya. Mereka lebih memilih untuk tinggal di terowongan ini dibandingkan rumah penampungan karena berbagai sebab.

Penduduk terowongan bawah tanah ini melakukan berbagai hal untuk bisa melupakan masalah mereka, mulai dari memakai narkoba, hingga berjudi.

Yang jadi masalah adalah terowongan ini kerap banjir saat hujan besar melanda daerah Las Vegas. Karena itu, para penduduknya harus menjaga barang mereka agar aman dari banjir.

3 dari 6 halaman

2. Coober Pedy

Coober Pedy juga diklaim sebagai satu-satunya kota bawah tanah di dunia. Coober Pedy di Australia ini memang dibuat secara legal. Karena itulah, tempat ini cukup nyaman ditinggali, tak seperti bawah terowongan yang kotor dan kumuh.

Alasan kenapa Coober Pedy ini dibangun di bawah tanah adalah lokasinya yang berada di tengah-tengah gurun, yang suhunya bisa mencapai 52 derajat Celsius. Karena itulah, kota ini akhirnya dipindahkan ke bawah tanah.

Di kota bawah tanah ini, terdapat rumah-rumah yang jumlahnya lebih dari 1.500, dan semua rumah itu nyaman untuk ditinggali.

Yang tak tersedia hanyalah kamar mandi dan dapur. Untuk memasak dan mandi, para penduduk kota ini harus naik ke atas tanah, karena di Coober Pedy tak tersedia penampungan kotoran bawah tanah. Harga rumah di Coober Pedy sebenarnya sama dengan harga rumah biasa yang ada di atas tanah.

Namun yang membedakan adalah penduduk Coober Pedy bisa memodifikasi rumah sesuka mereka, seperti menambah ruangan atau memperluas rumahnya. Yang perlu mereka lakukan hanyalah mengebor lebih banyak untuk mendapatkan ruang yang lebih besar. Sebagai bonus, ketika sedang mengebor, siapa tahu mereka juga bisa mendapatkan batu opal, yang bisa dijual dengan harga mahal

4 dari 6 halaman

3. Shuzu

Shuzu, atau dikenal pula dengan nama Rat Tribes (suku tikus), adalah penduduk Tiongkok yang hidup di bawah tanah. Jumlah dari Shuzu ini cukup banyak, mencapai lebih dari 1 juta orang, atau sekitar 5 persen dari penduduk Beijing. Kebanyakan dari mereka adalah anak muda yang meninggalkan kampung halamannya untuk bekerja di Beijing.

Ruang bawah tanah ini awalnya digali sebagai tempat berlindung dari serangan udara pada zaman perang Sino-Soviet pada tahun 1969 atas perintah Mao Tse-tung. Setelah Mao wafat, ruang bawah tanah ini kemudian dikomersilkan oleh pemerintah, dan dari situlah mulai banyak yang menyewa tempat bawah tanah ini.

Banyak anak muda yang menyewa ‘kamar’ bawah tanah ini, karena mereka tak mampu untuk menyewa apartemen biasa. Mereka bisa menyewa kamar bawah tanah ini dengan harga lebih murah 50 persen dari apartemen biasa yang berada di atas tanah. Anak-anak muda yang berada di bawah tanah ini kerap mendapatkan diskriminasi dikarenakan kondisi kehidupan mereka.

5 dari 6 halaman

4. Yatim Piatu Rumania

Saluran pembuangan di Bucharest, Rumania, adalah rumah bagi sebagian penduduk Rumania. Kebanyakan dari mereka adalah yatim piatu, yang pindah ke saluran pembuangan saat mereka kecil.

Penyebab mereka pindah ke saluran pembuangan adalah pergantian pemerintah pada tahun 1989, yang berimbas pada penutupan panti asuhan tempat mereka tadinya tinggal, sehingga mau tak mau mereka harus pindah.

Namanya saluran pembuangan, jelas mereka yang hidup di sini harus tahan pada kotornya air pembuangan dan juga sampah-sampah yang ada di sana. Bahkan, mereka tak memiliki kasur, dan harus tidur di atas kain yang lusuh.

Mereka juga jarang mendapatkan makanan, dan harus mengais sampah untuk bisa mendapatkan makanan. Bahkan, diketahui orang-orang yang hidup di saluran pembuangan ini juga pengguna obat-obatan terlarang.

6 dari 6 halaman

5. Gelandangan di Kolombia

Pada tahun 1990-an, gelandangan di Kolombia kerap diburu dan dibunuh. Karena alasan itu, gelandangan akhirnya tinggal di bawah tanah atau saluran pembuangan bersama dengan tikus dan sampah agar tak menjadi sasaran buruan.

Alasan para gelandangan itu diburu tak lain karena mereka dianggap mengganggu oleh para pebisnis kaya, dan mereka harus dimusnahkan. Bahkan, yang bertugas untuk memusnahkan para gelandangan ini berasal dari kalangan polisi atau mantan militer.

Meski sudah berada di bawah tanah, para gelandangan ini juga masih belum bebas dari buruan. Para polisi dan mantan militer kerap menuangkan bensin ke saluran pembuangan tempat para gelandangan ini berada, dan membakarnya. Pernah suatu ketika ada 22 korban, yang semuanya adalah anak kecil, gara-gara perbuatan polisi itu.

Pada tahun 1994, dilaporkan ada sekitar 2 ribu gelandangan dibunuh antara tahun 1988 dan 1993. Pertengahan tahun 1994, dilaporkan ada 215 gelandangan yang dibunuh. Kini, diperkirakan ada sekitar 345 gelandangan yang dibunuh tiap tahunnya di Kolombia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini