Sukses

Negara Alami Krisis Ekonomi, Hakim di Zimbabwe Justru Beli Wig Rp 2,3 Miliar

Hampir dua pertiga penduduk Zimbabwe hidup di bawah garis kemiskinan.

Liputan6.com, Jakarta Zimbabwe pernah menjadi lumbung pangan Afrika. Namun, kini porak poranda karena kesalahan manajemen industri, kekurangan pangan, dan kejatuhan nilai mata uang, serta korupsi yang merajalela. 

Ekonomi Zimbabwe menyusut setelah tahun 2000, sehingga mengakibatkan kemiskinan dan tingkat pengangguran yang tinggi. Keterlibatan Zimbabwe dalam perang di Republik Demokratik Kongo antara tahun 1998 hingga 2002 menjadi salah satu penyebab kemunduran karena memakan biaya ratusan juta dollar.

Inggris memang telah menjajah Zimbabwe hampir empat dekade yang lalu, namun tradisi pemakaian rambut palsu mereka masih dikenakan dengan bangga di pengadilan Zimbabwe.

Bahkan, tradisi ini masih berlangsung setelah Zimbabwe menghadapi kesulitan ekonomi seperti saat ini. Hampir dua pertiga penduduk Zimbabwe hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga tradisi itu memicu kemarahan ketika otoritas hukum negara itu dilaporkan memesan wig bernilai ribuan dolar untuk hakim senior.

Menurut penyelidikan yang dilakukan oleh Zimbabwe Independen, Komisi Layanan Yudisial (JSC) memerintahkan pengadaan 64 wig dari Stanley Ley Legal Outfitters yang eksklusif dan mahal di London, seperti yang Liputan6.com lansir dari Elite Readers, Selasa (23/4/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Wig Menjadi Tradisi Hakim Zimbabwe

Stanley Ley Legal Outfitters menjual wig dengan harga mencapai 2.000 poundsterling atau kurang lebih sekitar Rp37 juta per buah. Jika ditotal, 64 wig tersebut menghabiskan biaya sekitar Rp2,3 miliar. Di Zimbabwe, beberapa hakim senior berpendapat bahwa wig itu penting untuk menjaga tradisi dan profesionalisme.

Tetapi, banyak yang mengatakan bahwa argumen tersebut sangat cacat. Langkah pembelian wig ini telah menuai kritik dari banyak orang. Mengingat Zimbabwe tengah berada dalam krisis ekonomi, berjuang menghadapi kekurangan bahan bakar dan obat-obatan serta lonjakan tingkat inflasi.

Arnold Tsunga dari International Commision of Jurists (ICJ) mengatakan, "Kondisi di pengadilan Zimbabwe mengerikan, namun mereka dapat menemukan uang untuk ‘membeli’ wig seharga ribuan pounds dan itu menjengkelkan”.

Wig yang dipesan juga datang di saat ada perdebatan mengenai apakah hakim Zimbabwe harus terus menggunakan wig, yang dilihat oleh banyak orang sebagai tradisi peninggalan kolonial.

3 dari 3 halaman

Menjadi Tradisi yang Banyak Dikritik

Pengacara yang berbasis di Harare, Beatrice Mtetwa mengatakan, "Apa yang mengejutkan saya di Zimbabwe adalah bahwa kami mengatakan menentang kolonialisme, tetapi kami hidup lebih kolonial dari penjajah itu sendiri. Seorang yang berperkara normal akan diintimidasi untuk masuk ke ruang sidang yang penuh dengan hakim yang berpakaian konyol.

Sedang menurut situs web Stanley Ley, toko tersebut telah menyediakan jubah, pakaian khusus yang dipesan terlebih dahulu, dan aksesoris kepada anggota Bar Inggris dan profesi hukum selama bertahun-tahun.

Disebut semua wig di toko adalah buatan tangan oleh pengrajin di Inggris dan menggunakan metode tradisional selama berabad-abad. Bahan bakunya juga berasal dari 100 persen murni bulu kuda.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini