Sukses

Perangi Pemanasan Global, Negara Ini Kembangkan Forest City 342 Hektare

Berdasarkan hasil penelitian para ahli menyebutkan bahwa suhu bumi mengalami peningkatan drastis selama satu abad terakhir, yaitu mencapai 0,6°C.

Liputan6.com, Jakarta Pemanasan global sangat erat kaitannya dengan pencemaran udara di seluruh dunia. Meningkatnya jumlah karbon dioksida, efek rumah kaca, gas akibat pembakaran bahan bakar fosil, dan aktivitas manusia lainnya, merupakan sumber utama terjadinya pemanasan global selama bertahun-tahun. Berdasarkan hasil penelitian para ahli menyebutkan bahwa suhu bumi mengalami peningkatan drastis selama satu abad terakhir, yaitu mencapai 0,6°C.

Isu pemanasan global dan lingkungan menjadi masalah internasional. Polusi udara merupakan tantangan terbesar yang harus dihadapi khususnya untuk negara China. Oleh sebab itu, saat ini Negeri Tirai Bambu tersebut tengah menyiapkan solusi dari permasalahan tersebut dengan membangun Liuzhou Forest City.

Rencananya, proyek ini akan menjadi pemukiman perkotaan pertama di China yang dapat menghasilkan energi sendiri, meningkatkan keanekaragaman hayati, dan secara efektif mengurangi polusi udara perkotaan itu sendiri maupun di China.

Direncanakan Liuzhou Forest City memiliki satu juta tanaman dan 40.000 pohon. Liuzhou Forest City, dirancang oleh arsitek Stefano Boeri, akan resmi dibangun pada tahun 2020 di kota China utara, seperti yang Liputan6.com lansir dari Lifegate, Senin (6/5/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rencana untuk Masa Depan

Liuzhou Forest City berlokasi di bagian selatan, yakni Liuzhou, 500 km dari Guangzhou. Kota ini didesain oleh perusahaan Italia Stefano Boeri Architetti, dengan luas total mendapai 342 hektare. Nantinya, akan ada 70 bangunan yang terdiri dari kantor, rumah, rumah sakit, hotel dan berbagai fasilitas publik lainnya.

Di saat negara lain melakukan pembangunan gedung-gedung bertingkat, China sudah memikirkan bagaimana caranya tetap membangun dengan membuat inovasi untuk kelangsungan hidup warganya. Forest City ini akan terhubung ke kota utama Liuzhou dengan jalur kereta api dengan kereta listrik.

Pihak Stefano Boeri mengatakan, pembangunan Liuzhou Forest City difungsikan untuk menyetarakan pembangunan dengan keseimbangan alam. Diharapkan, keberadaan jutaan tanaman dapat menyerap hingga 10 ribu ton karbondioksida dan 57 ton polutan per tahunnya. Tentunya, menghasilkan oksigen yang diharapkan mencapai 900 ton setiap tahunnya.

3 dari 3 halaman

Menjadi Solusi Terbaik China

 

Nantinya, konsep pembangunan juga berencana untuk membuat kebun di langit. Gedung-gedung akan dihiasi tanaman, begitupun dengan berbagai fasilitas publik lainnya. Bukan cuma untuk keberlangsungan manusia, tetapi diharapkan keberadaan Liuzhou Forest City dapat menurunkan suhu udara serta menyediakan habitat baru bagi satwa liar.

Langkah China untuk membuat kehidupan berkelanjutan memang bukan sekadar angan-angan. Buktinya, sejak 2016 lalu, pemerintah China sudah melarang pembangunan yang dianggap aneh. Dalam konteks ini, tidak memiliki karakter atau warisan budaya. Tetapi juga harus berguna bagi ekonomi, penghijauan dan estetika.

Ditambah, dengan penduduk China yang semakin meledak, kota ini bisa menampung tempat tinggal baru. Rencananya, konstruksi akan dibangun mulai tahun 2020 mendatang. Pihak desainer masih melakukan perencanaan dan penelitian yang mendalam sebelum membangun Liuzhou Forest City.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini