Sukses

3 Kisah Miris Calon-Calon Paskibraka Upacara HUT ke-74 RI

Tak mudah untuk jadi Paskibraka, banyak rintangan yang harus dilalui.

Liputan6.com, Jakarta Menjadi seorang Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tentu bukanlah hal yang mudah. Para calon pengibar bendera ini pun telah menjalani berbagai seleksi melalui sekolah-sekolah, dan itu dilakukan di seluruh wilayah Indonesia.

Pemilihan Paskibraka di setiap daerah pun dilakukan untuk mengisi pengibar bendera dari tingkatan Kota/Kabupaten, Provinsi, hingga Nasional. Tentu setiap tingkatan harus melalui berbagai seleksi agar dapat lolos menuju level Paskibraka nasional yang tentu jadi sebuah prestasi sendiri.

Namun baik dari sebuah prestasi yang diukir oleh para siswa yang ingin menjadi seoarang Paskibraka, ternyata terdapat sebuah kisah miris di belakangnya. Kejadian yang tentu tidak diinginkan ini terjadi di beberapa wilayah yang menjadikan sebuah kisah sedih bagi yang tertimpa.

Ada calon Paskibraka yang diduga alami kekerasan senior, calon Paskibraka hilang, hingga gagal masuk karena digeser oleh kandidat lain. Berikut kisah miris calon-calon Paskibraka yang Liputan6.com kutip dari merdeka.com, Sabtu (17/8/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gagal enjadi Paskibraka karena posisinya diganti oleh anak pejabat

Seorang siswa asal Labuhanbatu, Sumatera Utara, gagal menjadi Paskibraka karena digantikan oleh orang lain. Koko Ardiansyah, kisahnya menjadi viral sampai ke telinga Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi.

Kisahnya terekam dalam sebuah video yang tersebar di media sosial Facebook. Dalam video itu, Koko terlihat bingung karena namanya tidak ada dalam daftar anggota Paskibraka, padahal ia telah mengikuti berbagai serangkaian tes.

"(Latihan) LKBB-nya pun hari pertama, baru hari keduanya masuk ke tahap fisik, dari mulai hari pertama sampai akhir fisik terus, baru yang terakhirnya itu LKBB-nya. Terus setelah itu lah, tahap terakhir itu, abis itu pengumuman dikasih ke sekolah nama saya di nomor 29 sudah ikut pengukuran baju pengukuran sepatu, terus terakhir karantina nama saya tidak ada dikeluarkan," kata Koko dalam video tersebut.

Selang beberapa hari, Koko membuat klarifikasi terkait video dirinya yang beredar. Dalam video itu, Koko meminta maaf pada Diaspora Labuhanbatu.

"Saya ingin mengklarifikasi bahwa saya di situ hanya sebagai cadangan. Kemarin itu saya sudah tahu bahwa ada yang dikirim ke provinsi dua orang putra," kata Koko.

"Saya itu sudah tahu kalau bahwasanya ada yang dikirim ke provinsi, dua orang putra dan yang lulus di provinsi itu cuma satu orang. Dan karena cuma satu, yang satu lagi balik lagi tugas di kabupaten, dan karena saya di posisi cadangan kedua, nama saya yang digantikan oleh putra yang dari provinsi itu yang gagal masuk," kata Koko.

3 dari 4 halaman

Calon Paskibraka menghilang

Seorang calon Paskibraka bernama Audri Viranty dinyatakan hilang sejak Senin, 29 Juli 2019. Ia hilang sejak berpamitan kepada orangtuanya untuk pergi belajar kelompok ke rumah temannya yang tak jauh dari kediamannya. Namun dirinya tak pulang-pulang hingga malam.

Keluarga pun panik karena Audri tidak memberi kabar terhadap orangtuanya hingga malam dan belum kunjung pulang. Karena tak kunjung pulang, akhirnya orangtua dan kakak Audri berinisiatif datang ke rumah Wita teman dari Audri.

Setelah bertemu, temannya mengatakan kalau Audri tidak ikut belajar kelompok di rumahnya. Bahkan Audri juga tidak masuk sekolah.

"Kami juga sudah telusuri medsos dia, tapi ternyata dia tidak aktif menggunakan FB, Instagram dan lainnya. Nomor HP yang dia gunakan juga pakai nomor ayahnya dan sejak Senin siang sudah tidak aktif," kata dia.

4 dari 4 halaman

Calon Paskibrakan meninggal dunia

Calon Paskibraka, Kota Tangerang Selatan, yang bernama Aurel Qurrota Ain, meninggal dunia, Kamis (1/8/2019). Banyak sekali dugaan penyebab meninggalnya calon Paskibraka bernama Aurel, salah satunya adalah dugaan penganiayaan oleh seniornya.

Aurel memiliki tanda dugaan penganiayaan di tubuhnya. Seperti bekas lebam di tangannya. Aurel juga pernah bercerita kepada ibunya bahwa dirinya pernah dicubit oleh senior. 

"Memang ada spot atau lebam, dia bilang Ma ini dicubit, biasa kok. Saya bilang itu tidak biasa kak, karena harusnya tidak ada body contact untuk pendidikan Paskibraka," kata Sri Wahyuniarti, ibunda dari Aurelia.

Kini kasus meninggalnya Aurel masih diselidiki oleh pihak kepolisian. Beberapa yang terkait memberikan keterangan, termasuk memeriksa pelatih dan panitia Paskibra Tangerang Selatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.