Sukses

Kenali Gejala Dehidrasi pada Anak, Waspadai Penyebabnya

Salah satu kelompok yang berisiko mengalami dehidrasi adalah anak-anak. Salah satu penyebab dehidrasi pada anak adalah diare.

Liputan6.com, Jakarta Gejala dehidrasi pada anak perlu dikenali sedini mungkin. Dehidrasi pada anak tidak bisa dianggap sepele. Pasalnya, dehidrasi pada anak rentan mengakibatkan gangguan kesehatan.

Dehidrasi merupakan kondisi jumlah cairan yang keluar dari tubuh lebih banyak dari jumlah cairan yang masuk. Kondisi ini dapat terjadi akibat asupan cairan yang kurang atau pengeluaran cairan yang berlebih. 

Pengeluaran cairan dari tubuh terjadi melalui keringat, air mata, muntah, buang air kecil, maupun buang air besar. Sedangkan penyebab dehidrasi secara umum disebabkan oleh berbagai penyakit termasuk diare, demam, muntah, luka bakar, kelainan ginjal, dan penyakit lainnya.

Salah satu kelompok yang berisiko mengalami dehidrasi adalah anak-anak. Salah satu penyebab dehidrasi pada anak adalah diare. Hal ini dikarenakan saluran pencernaan anak yang belum berkembang sempurna. Penyebab diare pada pada anak yang paling umum terjadi karena infeksi dan malabsorpsi.

Orang tua perlu memperhatikan banyaknya cairan yang hilang akibat diare. Orang tua harus paham gejala dehidrasi pada anak sehingga nantinya bisa lebih paham melihat kondisi anak ketika diare. Penanganan dehidrasi yang tepat mampu meningkatkan angka kesembuhan dan mempersingkat lama penyembuhan.

Berikut gejala dehidrasi pada anak yang perlu dikenali yang telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (19/3/2020).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Kelompok yang Berisiko Mengalami Dehidrasi

- Bayi dan anak, karena berat badan yang rendah membuat mereka lebih sensitif terhadap kekurangan cairan dengan volume yang lebih sedikit.

- Individu lanjut usia.

- Individu dengan penyakit jangka panjang seperti diabetes.

- Atlet olahraga, karena dapat kehilangan cairan tubuh dalam jumlah banyak setelah berolahraga dalam jangka waktu yang lama serta produksi keringat yang berlebih.

3 dari 7 halaman

Penyebab Dehidrasi Secara Umum

Penyebab dehidrasi secara umum adalah kurangnya cairan di dalam tubuh. Ketika kadar air normal di dalam tubuh berkurang, maka dapat mengganggu keseimbangan mineral dan elektrolit di dalam tubuh.

Kondisi ini tentu dapat mengganggu fungsi normal tubuh. Jika terjadi ketidakseimbangan maka dapat menyebabkan dehidrasi. Selain faktor cuaca, aktivitas olahraga yang dilakukan dan pola makan juga dapat menyebabkan dehidrasi.

Pada kondisi atau penyakit tertentu seperti muntah atau diare juga rentan mengakibatkan dehidrasi. Perlu diwaspadai bahwa dehidrasi dapat terjadi secara perlahan-lahan atau bisa juga terjadi secara mendadak.

Pada anak yang mengalami diare, perlu dipantau secara berkala agar tidak mengalami gejala dehidrasi pada anak. Jangan tunggu hingga anak merasa sangat haus. Sebab rasa haus yang dialami oleh anak menunjukkan bahwa ia sudah mengalami dehidrasi.

4 dari 7 halaman

Penyebab Dehidrasi pada Anak

Dehidrasi bisa terjadi ketika cairan lebih banyak dikeluarkan oleh tubuh dibandingkan yang masuk atau diterima. Dibandingkan remaja dan orang dewasa, anak lebih rentan mengalami dehidrasi. Hal ini dikarenakan anak memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil, sehingga tempat menyimpan cadangan air juga lebih kecil.

Beberapa anak mengalami dehidrasi karena mereka tidak minum cukup air. Selain itu, ada faktor tertentu yang dapat membuat anak berisiko lebih tinggi mengalami dehidrasi, seperti:

- Demam,

- Muntah,

- Keringat berlebih,

- Asupan cairan yang kurang baik saat sakit,

- Penyakit kronis seperti diabetes atau gangguan usus,

- Paparan cuaca panas dan lembap.

Diare dapat disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, atau parasit), alergi atau sensitif pada makanan, kondisi medis tertentu seperti penyakit radang usus atau reaksi terhadap obat. Jika anak Anda muntah, buang air besar, tidak mampu atau tidak mau minum karena sakit maka perlu mewaspadai gejala dehidrasi pada anak. Dengan begitu Anda perlu membersikan penanganan khusus.

 

5 dari 7 halaman

Gejala Dehidrasi pada Anak

- Nyeri kepala,

- Mulut terasa kering dan bibir pecah-pecah,

- Mudah lelah,

- Urine berwarna gelap,

- Frekuensi BAK berkurang,

- BAK sedikit atau tidak ada urine sama sekali selama 8 jam

- Kulit dingin dan kering,

- Anak terlihat lesu dan mengantuk,

- Napas dan nadi menjadi cepat.

6 dari 7 halaman

Gejala Dehidrasi pada Anak yang Perlu Diperiksakan

Selain beberapa gejala dehidrasi pada anak di atas, ada beberapa gejala dehidrasi pada anak yang perlu diwaspadai lainnya. Berikut gejala dehidrasi pada anak yang perlu segera diperiksakan ke dokter:

- Haus berlebihan,

- Denyut nadi cepat,

- Tidak berkemih dalam waktu 8 jam,

- Penurunan kesadaran,

- Nyeri kepala,

- Lelah, lesu, mengantuk.

Jika kondisi dehidrasi terjadi pada bayi, segera periksakan ke dokter apabila dalam waktu 24 jam dirinya mengalami diare lebih dari 6 kali atau muntah lebih dari 3 kali dalam 24 jam.

7 dari 7 halaman

Cara Mengatasi Dehidrasi pada Anak

Setelah mengenal penyebab dan gejala dehidrasi pada anak, Anda perlu mengetahui cara mengatasinya. Kondisi dehidrasi yang berat, membuat anak bisa mengalami penurunan kesadaran. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan segera maka dapat mengancam nyawa anak.

Cara mengatasi dehidrasi pada anak yang paling efektif dengan mengganti cairan yang hilang. Kondisi dehidrasi ringan masih dapat ditangani sendiri di rumah. Berikut beberapa cara mengatasi dehidrasi pada anak yang bisa dilakukan:

1. Memberikan cairan rehidrasi oral yang mengandung garam dan air seperti yang bisa ditemukan di pasaran. Jika Anda sulit mendapatkannya, Anda bisa memberikan susu atau jus buah pada anak.

2. Memberikan anak minum air putih perlahan hingga urine anak kembali jernih. Jika anak muntah-muntah, berikan dalam jumlah sedikit hingga anak bisa menoleransi. Berikan cairan sesendok demi sesendok dan perlahan ditingkatkan jumlah dan frekuensinya. Hindari memberikan langsung dalam jumlah banyak karena dapat menbuat anak muntah.

3. Pada bayi, jika masih disusui ASI maka Anda bisa melanjutkan pemberian ASI secara berkala.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.