Sukses

5 Fakta Sosok Koh Steven, Mualaf yang Sumbang Rp 13 Miliar untuk Kemanusiaan

Koh Stevan adalah seorang mualaf yang rela sumbang dana demi aksi kemanusiaan, salah satunya adalah membantu menangani persolanan Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta Nama Koh Steven sedang hangat diperbincangkan publik. Pria yang memiliki nama lengkap Steven Indra Wibowo ini adalah seorang mualaf yang berasal dari Yogyakarta. Pria berusia 38 tahun ini, menjual harta bendanya untuk aksi kemanusiaan. Salah satu aksi mulia yang dilakukan Koh Stevan yakni mengumpulkan dana hingga 13 miliar demi membantu menangani persoalan pandemi Corona Covid-19.

Tak banyak yang tahu soal kiprah Koh Steven, karena aksi yang dilakukannya lebih banyak dan tidak menonjolkan namanya. Aksi-aksi kemanusiaan seperti ini sudah sering dilakukannya semenjak erupsi Merapi, gempa Lombok, tsunami Banten, dan gempa Palu.

Aksi kemanusiaan yang dilakukannya ini sudah diperhitungkan sejak kasus Corona Covid-19 muncul di Wuhan. Hal tersebut diketahuinya karena Koh Steven adalah seorang direktur eksekutif di lembaga riset terkemuka internasional di Singapura. Ia sudah membaca perkiraan pandemi Corona Covid-19 akan menurunkan status ekonomi orang-orang.

“Mereka yang status ekonominya A, bisa jadi B, yang B, bisa jadi C, yang biasa jajan di atas Rp 10 juta berkurang menjadi Rp 7 juta, begitu seterusnya,” ucapnya.

Dalam akun Instagram miliknya, Koh Steven sering membagikan momen dirinya saat memberikan bantuan untuk membantu sesama. Berikut Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang fakta sosok Koh Steven, yang sumbang dana demi aksi kemanusiaan, Jumat (15/5/2020).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Membeli Sawah Ribuan Hektare

Koh Steven menggagas program yang diberi nama Ketahanan dan Kecakapan Pangan. Ia membeli sawah ribuan hektare di berbagai daerah di Indonesia. Tujuannya, supaya ia bisa memanen padi untuk mempersiapkan ketahanan pangan selama pandemi Corona Covid-19 berlangsung.

Menurut Koh Steven, pandemi Corona Covid-19 akan mencapai puncak. Diperkirakan masa itu datang pada Juli dan Agustus. Saat itu, orang sudah kelelahan dan sumber daya nyaris habis.

“Jadi saya beli sawah sekarang (dari hasil jual harta), ditanami padi, dan tiga bulan lagi bisa untuk membantu mencukupi kebutuhan pangan,” tuturnya.

 

 

 

3 dari 6 halaman

2. Jual Rumah dan Kendaraan

Sekitar Februari ia mulai kehabisan uang untuk operasional dan menjalankan aksi kemanusiaannya. Satu persatu hartanya dijual. Pertama, rumah yang berada di Jakarta. Aksi kemanusiaan kembali bergulir.

Uang kembali menipis, ia menjual rumah miliknya yang berada di Bandung pada awal Maret. Tak sampai di situ, tujuh buah mobil, dan tiga motor gede koleksinya pun ikut dijual.

Uang yang terkumpul dari kocek pribadinya itu untuk membuat 48.000 baju hazmat yang dibagikan ke hampir 5.000 fasilitas kesehatan dan rumah sakit, pemasangan surgical glow ke 43.000 baju alat pelindung diri (APD) agar sesuai standar WHO, memproduksi 150.000 masker, 80.000 hand sanitizer, serta ratusan ribu paket makan dan puluhan ribu paket sembako.

Distribusi bantuan pun nyaris ke seluruh Indonesia. Wilayah paling barat yang tersentuh adalah Aceh Timur, dan daerah paling timur adalah Pulau Buru.

4 dari 6 halaman

3. Menggandeng Komunitas

Sebenarnya ia tidak pernah berpikir menjual harta bendanya. Sejak Januari, ia sudah mulai menjalankan aksi kemanusiaan dengan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan ketika pandemi Corona Covid-19 masuk ke Indonesia. Waktu itu ia masih menggunakan uang tabungan dan perputaran uang di beberapa lini bisnis miliknya.

Belanja bahan, belanja mesin, adalah sebagian caranya mempersiapkan amunisi sebelum badai pandemi benar-benar dirasakan di dalam negeri. Ia menggandeng komunitas, termasuk Mualaf Center Indonesia, mengingat laki-laki kelahiran 38 tahun silam ini menjabat sebagai ketua di organisasi itu.

Ia mencari penjahit rumahan yang mau diberdayakan untuk menjahit masker dan baju hazmat. Tidak mungkin ia membuat sebuah tempat khusus dan mempekerjakan banyak orang dalam satu ruangan.  Corona Covid-19 membuat manusia harus berjarak, maka bekerja dari rumah menjadi solusi.

“Lebih baik kami yang berputar dari satu rumah ke rumah penjahit lain itu untuk meminimalkan penyebaran ketimbang mengumpulkan pekerja dalam jumlah besar di sebuah tempat,” ucapnya.

 

 

 

 

5 dari 6 halaman

4. Memilih Tinggal di Kontrakan

Steven Indra Wibowo atau akrab disapa Koh Stevan ini, sesekali mengontrak sebuah rumah di daerah yang disinggahi supaya lebih efisien dalam penyaluran bantuan. Pernah ia mengontrak di Kebumen dan baru-baru ini ia tinggal di rumah kontrakan di kawasan Maguwoharjo, Sleman.  Sementara sang istri sedang tinggal di Bandung bersama mertuanya.

Steven percaya bahwa harta akan datang lagi dengan mudah. Dia mengaku pernah hidup miskin. Yakin bahwa Allah akan mencukupkan. Rumah miliknya yang masih bertahan ada di Salatiga. Pengusaha tajir melintir ini masih mempertahankan satu motor matic nya untuk bepergian.

6 dari 6 halaman

5. Harta Titipan Tuhan

Bagi Koh Steven, harta yang dimiliki hanya titipan Tuhan, sehingga suatu saat pasti kembali. Ia meyakini, ada dua cara harta kembali ke Allah Swt. Pertama, dalam keadaan dipaksa karena suatu musibah. Kedua, mengembalikan dalam bentuk sedekah. Koh Steven memilih cara yang kedua.

Ia juga bercerita sang istri juga tidak langsung setuju dengan rencananya. Namun, ia memberi pengertian sehingga saat ini istrinya pun mendukung langkah dan aksi kemanusiaan ini.

Koh Steven memahami di masa seperti ini, orang tidak cukup dengan bersimpati. Penyakit ini bisa menimpa siapa saja, termasuk anggota keluarga dan diri sendiri. Oleh karena itu, melalui caranya, Koh Steven menunjukkan empati di tengah pandemi.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.