Sukses

6 Penyebab Keguguran yang Paling Umum, Kenali Risiko dan Tandanya

Waspadai penyebab keguguran di trimester pertama.

Liputan6.com, Jakarta Keguguran merupakan kondisi yang sangat dikhawatirkan saat masa kehamilan. Pengalaman keguguran bisa menyakitkan secara fisik dan emosional. Keguguran kerap membayangi di trimester pertama.

Keguguran bisa terjadi dalam 3 bulan pertama kehamilan, sebelum usia kehamilan memasuki 20 minggu. Keguguran dapat terjadi karena berbagai alasan medis. Kebanyakan keguguran terjadi karena janin tidak berkembang secara normal.

Banyak penyebab keguguran tidak dapat dikendalikan. Tetapi mengetahui faktor risiko, penyebab umum, dan tanda bisa membantu memahami kondisi ini. Mengetahui penyebab umum keguguran bisa membuat ibu lebih waspada di awal kehamilannya.

Berikut penyebab keguguran yang paling umum seperti dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Minggu (30/8/2020).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 9 halaman

Kelainan kromosom atau gen

Dilansir dari Mayo Clinic, sekitar 50 persen keguguran dikaitkan dengan masalah kromosom. Ini bisa karena adanya kromosom berlebih atau kekurangan kromosom.

Saat sperma dan sel telur bertemu, sel-sel bersatu. Mereka kemudian mulai membelah untuk mulai membentuk materi genetik yang membentuk seseorang yang disebut kromosom.

Kromosom mengandung gen yang menentukan sifat unik bayi, seperti warna rambut dan mata. Dilansir dari WebMd bayi tidak dapat tumbuh secara normal dengan jumlah kromosom yang tidak normal atau rusak.

Dilansir dari Healthline, masing-masing dari individu seharusnya memiliki 46 kromosom total. Ini terdiri dari 23 kromosom ayah dan 23 dari ibu. Jika terjadi kesalahan saat sel membelah, kromosom mungkin hilang atau berulang.

3 dari 9 halaman

Infeksi

Penyebab umum keguguran selanjutnya adalah infeksi. Infeksi bisa terjadi di organ reproduksi atau bagian lain dalam tubuh. Infeksi rahim atau serviks misalnya, bisa berbahaya bagi bayi yang sedang berkembang dan menyebabkan keguguran.

Infeksi lain yang dapat menular ke bayi atau plasenta juga dapat memengaruhi kehamilan yang sedang berkembang dan dapat menyebabkan keguguran. Beberapa infeksi ini meliputi listeria, parvovirus B19, toxoplasma gondii, rubella, herpes simpleks, dan sitomegalovirus.

4 dari 9 halaman

Kondisi medis pada ibu

Keguguran selama minggu ke-13 hingga minggu ke-24, trimester kedua, sering kali diakibatkan oleh masalah pada ibu. Ini meliputi beberapa masalah kesehatan yang meningkatkan risiko wanita mengalami keguguran. Selain infeksi, kondisi medis yang dialami ibu bisa memengaruhi janin. Ini meliputi penyakit kronis yang tidak terkontrol dengan baik seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, penyakit tiroid, lupus, dan gangguan autoimun lainnya, dan masalah dengan rahim seperti fibroid dan serviks inkompeten.

5 dari 9 halaman

Gaya hidup

Kebiasaan dan gaya hidup ibu selama kehamilan juga memengaruhi tingkat keguguran. Gaya hidup yang buruk pada ibu dapat meningkatkan risiko keguguran. Gaya hidup ini bisa memengaruhi perkembangan janin di trimester pertama.

Kebiasaan buruk yang berbahaya bagi janin yang sedang berkembang di antaranya adalah merokok, minum alkhohol, menggunakan obat-obatan dan kebiasaan tidak sehat lainnya.

6 dari 9 halaman

Lingkungan

Selain gaya hidup, lingkungan sekitar juga termasuk dalam risiko penyebab keguguran. Zat tertentu di lingkungan rumah atau tempat kerja juga dapat membuat kehamilan berisiko mengalami keguguran.

Lingkungan yang berisiko bagi ibu hamil di antaranya seperti paparan merkuri, pelarut, pestisida, dan arsenik. Pastikan untuk berbicara dengan dokter tentang masalah ini.

7 dari 9 halaman

Usia

Usia berperan dalam faktor risiko wanita mengalami keguguran. Paling sering masalah kromosom dialami oleh wanita hamil di usia lanjut atau lebih dari 35 tahun pada masa kehamilan.

Wanita berusia 35 hingga 39 tahun memiliki peningkatan risiko 75 persen keguguran. Sementara wanita berusia 40 tahun ke atas memiliki risiko 5 kali lipat.

8 dari 9 halaman

Tingkat risiko keguguran berdasarkan usia kehamilan

Kebanyakan keguguran terjadi dalam trimester pertama (12 minggu pertama) kehamilan. Risiko keguguran akan menurun dengan cepat seiring bertambahnya usia kehamilan. Berikut tingkatan risiko keguguran berdasarkan usia kehamilan, dirangkum dari Healthline:

Minggu 0 sampai 6

Minggu-minggu awal ini menandai risiko keguguran tertinggi. Seorang wanita bisa mengalami keguguran dalam satu atau dua minggu pertama tanpa menyadari dia hamil. Bahkan gejalanya mungkin tampak seperti telat datang bulan.

Minggu-minggu awal kehamilan adalah saat seorang wanita berada pada risiko keguguran tertinggi. Namun, begitu kehamilan mencapai 6 minggu, risiko ini menurun.

Minggu 6 sampai 12

Begitu kehamilan mencapai 6 minggu dan telah memastikan kelangsungan hidup dengan detak jantung, risiko keguguran turun menjadi 10 persen.

Minggu 13 sampai 20

Pada minggu ke 12, risiko keguguran bisa turun menjadi 5 persen. Namun perlu diingat bahwa risiko tidak terlalu rendah karena komplikasi dapat terjadi selama kehamilan.

9 dari 9 halaman

Tanda keguguran

Gejala keguguran berbeda-beda, tergantung pada tahap kehamilan. Dalam beberapa kasus, keguguran bisa terjadi begitu cepat sehingga mungkin ibu tidak tahu bahwa ia sedang hamil. Beberapa gejala keguguran meliputi bercak berat pendarahan, keluarnya jaringan atau cairan dari vagina, sakit atau kram perut parah, dan nyeri punggung ringan hingga parah.

Beberapa wanita mengalami bercak (pendarahan ringan) selama kehamilan. Beberapa tetes, aliran tipis coklat atau merah tua tidak selalu berarti masalah. Tetapi segera hubungi dokter jika mengalami pendarahan merah cerah, terutama dalam jumlah yang banyak.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini