Sukses

12 Penyebab Keguguran yang Perlu Diwaspadai, Kenali Sebelum Terlambat

Keguguran paling berisiko terjadi pada awal kehamilan.

Liputan6.com, Jakarta Penyebab keguguran perlu diwaspadai bagi setiap ibu hamil. Keguguran paling berisiko terjadi pada awal kehamilan. Keguguran bisa menjadi pengalaman yang traumatis dan menyedihkan.

Kebanyakan penyebab keguguran terjadi karena janin tidak berkembang secara normal. Gejala keguguran berbeda-beda, tergantung pada tahap kehamilan dan penyebab keguguran.

Penyebab keguguran bisa dipicu berbagai faktor. Beberapa penyebab keguguran di antaranya berada di luar kendali. Namun, mengetahui faktor risiko penyebab keguguran bisa membantu mengurangi risikonya.

Berikut penyebab keguguran yang berhasil dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis(14/1/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Penyebab keguguran paling umum

Kelainan kromosom atau gen

Penyebab keguguran yang paling umum terjadi adalah kelainan kromosom atau janin. Mayo Clinic mencatat sekitar 50 persen keguguran dikaitkan dengan masalah kromosom. Ini bisa terjadi karena kelebihan kromosom atau kekurangan kromosom. Masing-masing dari individu seharusnya memiliki 46 kromosom total. Ini terdiri dari 23 kromosom ayah dan 23 dari ibu. Bayi tidak dapat tumbuh secara normal dengan jumlah kromosom yang tidak normal atau rusak.

Infeksi

Penyebab keguguran selanjutnya adalah infeksi. Infeksi bisa terjadi di sistem reproduksi maupun organ lainnya. Infeksi rahim atau serviks misalnya, bisa berbahaya bagi bayi yang sedang berkembang dan menyebabkan keguguran.

Infeksi lain yang dapat menular ke bayi atau plasenta juga dapat memengaruhi kehamilan yang sedang berkembang dan dapat menyebabkan keguguran. Beberapa infeksi ini meliputi listeria, parvovirus B19, toxoplasma gondii, rubella, herpes simpleks, dan sitomegalovirus.

3 dari 7 halaman

Penyebab keguguran paling umum

Masalah kesehatan pada ibu

Masalah kesehatan pada ibu juga sangat berpengaruh pada kekuatan janin. Penyebab keguguran ini paling sering terjadi di minggu ke-13 hingga minggu ke-24. Masalah kesahatan yang bisa menjadi penyebab keguguran adalahp enyakit kronis yang tidak terkontrol dengan baik seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, penyakit tiroid, lupus, dan gangguan autoimun lainnya.

Gaya hidup

Penyebab keguguran selanjutnya adalah gaya hidup. Gaya hidup yang buruk pada ibu dapat meningkatkan risiko keguguran. Gaya hidup ini bisa memengaruhi perkembangan janin di trimester pertama. Kebiasaan buruk yang bisa memengaruhi janin di antaranya adalah merokok, minum alkhohol, menggunakan obat-obatan dan kebiasaan tidak sehat lainnya.

4 dari 7 halaman

Penyebab keguguran paling umum

Berat badan

Obesitas diketahui meningkatkan risiko keguguran. Wanita dengan indeks massa tubuh rendah sebelum hamil juga berisiko tinggi mengalami keguguran. Penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Obstetrics and Gynecology melaporkan bahwa wanita dengan berat badan kurang 72 persen lebih mungkin mengalami keguguran selama 3 bulan pertama kehamilan.

Paparan lingkungan

Kondisi lingkungan sekitar juga termasuk dalam risiko penyebab keguguran. Zat tertentu di lingkungan rumah atau tempat kerja juga dapat membuat kehamilan berisiko mengalami keguguran. Lingkungan yang berisiko bagi ibu hamil di antaranya seperti paparan merkuri, pelarut, pestisida, dan arsenik.

5 dari 7 halaman

Penyebab keguguran yang perlu diwaspadai

Usia

Penyebab keguguran yang umum selanjutnya adalah usia. Ini karena masalah kromosom dialami oleh wanita hamil di usia lanjut atau lebih dari 35 tahun pada masa kehamilan. Wanita berusia 35 hingga 39 tahun memiliki peningkatan risiko 75 persen keguguran. Sementara wanita berusia 40 tahun ke atas memiliki risiko 5 kali lipat.

Masalah plasenta

Jika plasenta berkembang tidak normal, suplai darah dari ibu ke bayi terganggu. Ini bisa menjadi penyebab keguguran yang perlu diwaspadai. Masalah plasenta yang mengancam janin di antaranya adalah solusio plasenta dan plasenta previa.

Solusio plasenta terjadi ketika plasenta terpisah seluruhnya atau sebagian dari rahim sebelum bayi lahir. Ini membuat janin tidak dapat menerima nutrisi dan oksigen yang tepat. Solusio plasenta paling sering terjadi pada trimester ketiga kehamilan.

Sementara plasenta previa terjadi ketika adalah komplikasi kehamilan langka yang terjadi jika plasenta menempel pada bagian bawah dinding rahim wanita, menutupi sebagian atau seluruh serviks.

6 dari 7 halaman

Penyebab keguguran yang perlu diwaspadai

Polycystic ovary syndrome (PCOS)

Wanita dengan PCOS tiga kali lebih mungkin mengalami keguguran di bulan-bulan awal kehamilan. Penderita PCOS yang hamil juga lebih berisiko mengalami preklamsia. Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah kelainan hormonal yang umum terjadi pada wanita usia reproduksi. Wanita dengan PCOS mungkin mengalami periode menstruasi yang jarang atau berkepanjangan atau kelebihan kadar hormon pria (androgen).

Preeklampsia

Preeklamsia adalah kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kadar protein yang tinggi dalam urin wanita. Kondisi ini bisa berkembang di awal kehamilan maupun setelah 20 minggu kehamilan. Preeklamsia adalah kondisi yang berbahaya. Preeklamsia merupakan salah satu penyebab keguguran yang perlu diwaspadai.

7 dari 7 halaman

Penyebab keguguran yang perlu diwaspadai

Masalah rahim

Masalah rahim seperti bentuk yang tidak normal atau perkembangan fibroid dapat membahayakan janin yang sedang berkembang. Menurut Very Well Family, sekitar 18% wanita yang mengalami keguguran berulang memiliki beberapa jenis kelainan rahim. Jenis kelainan rahim yang bisa menyebabkan keguguran adalah septate uterus, bicornuate uterus, dan arcuate uterus.

Masalah leher rahim

Ketika otot-otot serviks atau leher rahim lemah, mereka bisa terbuka terlalu dini selama kehamilan. Ini dapat menyebabkan keguguran. Inkompeten leher rahim juga bisa menjadi penyebab keguguran. Bayi yang sedang tumbuh memberikan tekanan terus menerus pada serviks wanita hamil. Dalam kasus yang jarang terjadi, tekanan menjadi terlalu berat untuk ditangani oleh serviks. Ini akan menyebabkan serviks terbuka sebelum bayi siap dilahirkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini