Sukses

Aksi Komunitas Berbagi Beras, Semangat Bantu Warga Miskin hingga Pelosok Jogja

Komunitas Berbagi Beras salurkan beras secara rutin setiap bulan ke pelosok Jogja.

Liputan6.com, Jakarta Di tengah masa pandemi Corona Covid-19 membuat sebagian besar orang semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terutama bagi warga yang masuk dalam kalangan menengah ke bawah. Namun di balik itu, ada kisah semangat untuk berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan.

Fenomena ini tampak di masyarakat di Yogyakarta atau Jogja. Ada beragam aksi kebaikan muncul di Kota Pelajar ini. Banyak aksi dari berbagai komunitas bermunculan dalam gerakan kebaikan dengan beragam cara. 

Salah satunya adalah Komunitas Berbagi Beras (KBB). Komunitas ini melancarkan aksinya dengan membantu sesama tanpa pamrih. Diinisatori oleh Zaenuri, komunitas yang berlokasi di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini secara rutin berbagi logistik seperti beras kepada warga miskin yang berjumlah ratusan.

Di lokasi itu pula, tempat dikumpulnya ribuan kilo beras yang kemudian disalurkan ke berbagai daerah pelosok di Jogja oleh para relawan. Kegiatan ini menjadi kegiatan rutin yang dilakukan sebagai agenda setiap bulan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Berbagi Beras ke Kaum Dhuafa Seluruh Jogja

Saat ditemui pada Kamis (21/1/2021) Sigit selaku Humas dan Yuni Purwanti sebagai bendahara Komunitas Berbagi Beras atau KKB tengah melakukan packing ribuan kantong beras. Menurut Sigit yang telah bergabung sejak 2018 lalu ini menuturkan seluruh pengepakan dan pusat pengiriman terletak di lokasi Dusun Bibis RT 3, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul.

"Ini setidaknya ada 1.440 bungkus di mana untuk tiap bungkus beratnya 5 kg. Jadi ya sekarang ini ada sekitar 7,2 ton siap untuk disebar besok Minggu (25/1/2021) oleh para relawan," tutur Sigit.

Komunitas Bebagi Beras ini memang memfokuskan sasaran bantuannya kepada kaum dhuafa, lansia yang hidup sebatang kara, difabel, anak yatim piatu dan warga miskin. Setiap penerima akan mendapatkan 5 kg beras yang sudah diseleksi secara ketat oleh komunitasnya.

"Nah jadi kami punya bank data. Jadi setiap bulan itu ada yang mengajukan yaitu korwil. Tapi kami pasti akan ngecek dulu layak atau tidaknya. Penerimanya memang harus masuk kategori miskin mutlak," katanya.

Sigit melanjutkan jika nantinya para relawan dari korwil di seluruh Jogja akan datang ke lokasi tersebut untuk mengambil beras-beras tersebut sesuai dengan data. 

"Bantuan beras ini nantinya akan disebar ke berbagai daerah, ke seluruh Jogja. Seperti Kabupaten Bantul, Gunungkidul, Sleman, dan Kulon Progo," ujarnya.

3 dari 5 halaman

Bantuan Kursi Roda hingga Bedah Rumah

Selain membagikan beras sebagai bantuan utama dari komunitas ini, Sigit menjelaskan Komunitas Bagi Beras juga memberikan bantuan 150 kursi roda bagi warga disabilitas bantuan sebagai alat bantu jalan. Dari penyebaran bantuannya ini bukan hanya di wilayah Kabupaten Bantul saja, tapi sampai ke Kulon Progo dan derah lainnya sesuai dari pengajuan dari para korwil di masing-masing daerah. 

"Jadi misalkan korwil di daerah lain mengajukan kalau ada warga yang membutuhkan kursi roda, nanti kami pinjamkan. Selain itu ada bantuan kebencanaan, hingga bedah rumah kalau ada yang mengajukan".

Ketika ditanya berapa jumlah relawan yang dimiliki Komunitas Berbagi Beras ini, Sigit menjelaskan ada lebih 1.400 orang yang membantu dan 450 orang relawan. Relawan tersebut yang membantu mencari penerima bantuan dan pendistribusian bantuan-bantuan ini.

Secara keseluruhan bantuan ini mendapatkan sumbangan dari setidaknya 500 donatur tetap. Bahkan ada beberapa donatur tersebut merupakan WNI yang sedang berada di luar negeri.

"Ada donatur tetap kami yang jumlahnya lebih dari 500. Selalu ada donor setiap bulannya," katanya. Ia juga melanjutkan jika donatur hingga relawan ini tergabung secara sukarela melalui media sosial.

"Jadi ya mereka dapat info-info dan bergabung kesini lewat media sosial".

4 dari 5 halaman

Tak Ada Dana Operasional

Sejak dibentuk pada 2018 lalu, Komunitas Berbagi Beras ini rupanya tak memiliki dana operasional. Seluruh kegiatan komunitas ini merupakan murni dari aksi kemanusiaan untuk saling membantu sesama.

"Insya Allah nanti sekitar Maret kita ada kerja sama Baitul Ma'al. Kita juga sudah mulai persiapan. Karena ya kita disini relawan ini pakai uangnya sendiri, tidak ada uang operasional".

"Kan kita ini istilahnya mengajak ibadah lah ikhlas gitu jadi ya enggak ada uang bensin, enggak ada uang apa. Semua enggak ada" lanjut Sigit.

Meski tanpa embel-embel keuntungan, Komunitas Berbagi Beras berupaya keras agar ketepatan waktu menjadi hal yang harus dilakukan. Setidaknya koordinator akan memebrikan waktu selama sepekan kepada relawan agar bantuan dapat terdistribusi ke seluruh penerima.

"Ongkos bensin untuk anggota komunitas dan relawan tidak ada. Semuanya sukarela. Sesuai motto kami, kebersamaan dengan kebermanfaatan," tandasnya.

5 dari 5 halaman

Komunitas yang Berawal dari Perkumpulan Alumni

Menjadi salah satu komunitas yang aktif memberikan bantuan kepada masyarakat, Komunitas Berbagi Beras rupanya berawal dari perkumpulan alumni sekolah menengah atas. Yakni Zaenuri sosok yang membuat sebuah perkumpulan tersebut lebih bermanfaat. Awalnya komunitas itu bernama Berbagi Beras DIY.

"Jadi Pak Zaenuri itu ketuanya. Awalnya ini dari alumni SMA 1 Sanden. Lalu dibuatlah komunitas yang awalnya hanya 20 orang saja" cerita Sigit.

Kemudian seiring berjalannya waktu, dimana awalnya dari Komunitas SMA 1 Sanden Peduli pada 2016 mulai mengajak orang umum agar bisa bergabung. Semakin berkembang, KBB resmi pada 2018 menggunakan ruangan berukuran 8 meter x 10 meter di rumah milik Yuni Purwanti di Dusun Bibis, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. 

"Tempat ini milik Bu Yuni. Ya itu yang di dalam yang membantu itu keluarganya Bu Yuni semua. Jadi nanti relawan akan datang kesini untuk ambil beras," lanjutnya. Anggota keluarganya yang juga ikut mulai dari anaknya, orang tua, pak dhe dan ipar.

"Dari awal komunitas ini berdiri ruangan di rumah ini untuk kegiatan (KBB). Setiap minggu kedua akhir pekan pasti aktivitas sibuk," sambung Yuni.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.