Sukses

6 Komplikasi Asam Lambung Jika Tidak Diobati, Jangan Abaikan

asam lambung yang tidak tertangani akan menimbulkan komplikasi.

Liputan6.com, Jakarta Asam lambung termasuk penyakit yang sering ditemui. Penyakit asam lambung terjadi ketika isi perut naik ke esofagus, saluran yang menghubungkan mulut ke perut. Kondisi ini bisa menimbulkan sensasi nyeri dan panas di dada.

Asam lambung yang naik dikatakan normal jika terjadi sesekali. Namun, asam lambung naik yang sering terjadi hingga lebih dari dua kali dalam seminggu, kondisi ini mengarah pada gastroesophageal reflux disease (GERD). Berbagai faktor dapat menjadi penyebab asam lambung naik.

Kenaikan asam lambung sering terjadi akibat kebiasaan makan yang buruk, gaya hidup tidak sehat, hingga kondisi lain seperti diabetes, hernia, atau kehamilan. Asam lambung bisa diatasi dengan perubahan gaya hidup dan pengobatan dari dokter.

Terkadang, orang kerap menyepelekan penyakit asam lambung ini. Akibatnya, asam lambung tidak tertangani dan menimbulkan komplikasi. GERD atau naiknya asam lambung dapat menyebabkan masalah kesehatan dan komplikasi yang lebih serius jika tidak ditangani.

Komplikasi dari asam lambung bisa menjadi serius, terutama jika tidak ditangani. Banyak dari komplikasi ini terkait satu sama lain. Berikut komplikasi yang bisa terjadi ketika asam lambung tidak segera diobati, dirangkum Liputan6.com dari Healthline, Kamis(4/2/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Esofagitis

Kenaikan asam lambung yang sering bisa menyebabkan perangan pada esofagus atau kerongkongan. Kondisi ini disebut dengan esofagitis. Di ujung bawah kerongkongan, ada katup yang menghentikan asam di lambung naik kembali ke kerongkongan. Ini disebut sfingter esofagus.

Jika sfingter esofagus rusak, isi perut dapat naik kembali ke esofagus (refluks). Naiknya asam lambung dapat mengiritasi kerongkongan, menyebabkan esofagitis. Esofagitis menyebabkan sulit menelan dan terkadang menyakitkan. Gejala lainnya termasuk sakit tenggorokan, suara parau, dan heartburn.

Esofagitis yang tidak diobati dapat menyebabkan luka, jaringan parut, dan penyempitan esofagus yang parah. Ini merupakan keadaan darurat medis. Esofagitis juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker esofagus.

Perawatan untuk kondisi ini berfokus pada menghilangkan penyebab peradangan dan menghindari pemicu. Dalam beberapa kasus, resep obat juga bisa mengatasi peradangan.

3 dari 7 halaman

Tukak esofagus

Asam lambung dapat merusak lapisan esofagus, menyebabkan tukak atau luka yang menyakitkan. Luka esofagus atau ulkus esofagus termasuk dalam jenis tukak lambung. Ini adalah luka yang menyakitkan yang terletak di lapisan esofagus bagian bawah, di persimpangan esofagus dan perut.

Ulkus esofagus biasanya terbentuk akibat infeksi bakteri yang disebut Helicobacter pylori. Ini juga bisa disebabkan oleh erosi dari asam lambung yang bergerak ke kerongkongan. Dalam beberapa kasus, infeksi lain dari jamur dan virus juga dapat menyebabkan tukak esofagus.

Tukak esofagus dapat menyebabkan gejala, seperti sensasi terbakar di area dada, sensasi terbakar di area dada, nyeri saat menelan, mual, dan tinja berdarah. Namun, tidak semua orang yang mengalami tukak esofagus memiliki gejala.

Jika tidak diobati, tukak esofagus dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius, seperti perforasi esofagus (lubang di esofagus) atau pendarahan tukak.

4 dari 7 halaman

Striktur esofagus

Kenaikan asam lambung yang tidak diobati dapat memicu peradangan, jaringan parut, atau pertumbuhan jaringan abnormal (neoplasia) di kerongkongan. Akibatnya, kerongkongan bisa menjadi lebih sempit dan kencang. Kondisi ini dikenal sebagai striktur esofagus.

Striktur esofagus seringkali menyebabkan menelan sulit atau menyakitkan. Ia juga dapat mempersulit makanan dan cairan untuk mengalir dari kerongkongan ke perut. Pernapasa juga bisa terasa sesak.

Dalam beberapa kasus, makanan padat atau padat bisa tersangkut di kerongkongan. Ini dapat meningkatkan risiko tersedak. Selain itu, jika tidak dapat dengan mudah menelan makanan dan cairan, ini dapat menyebabkan malnutrisi.

5 dari 7 halaman

Pneumonia aspirasi

Asam lambung yang naik ke tenggorokan atau mulut bisa terhirup ke paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan pneumonia aspirasi yang termasuk infeksi paru-paru. Pneumonia aspirasi menyebabkan gejala seperti demam, batuk dalam, sakit dada, sesak napas, mengi, kelelahan, perubahan warna biru pada kulit, dan kematian.

Pneumonia aspirasi dapat menjadi serius dan bahkan fatal jika tidak ditangani. Perawatan biasanya melibatkan antibiotik. Dalam kasus yang lebih parah, rawat inap dan perawatan suportif untuk pernapasan.

6 dari 7 halaman

Esofagus Barrett

Kerusakan yang berkelanjutan pada esofagus yang disebabkan oleh asam lambung dapat memicu perubahan sel pada lapisan esofagus. Esofagus Barrett adalah suatu kondisi di mana sel-sel yang membentuk kerongkongan mulai terlihat seperti sel-sel yang menyusun usus.

Hal ini sering terjadi ketika sel rusak akibat paparan asam dari lambung. Kondisi ini membuat sel skuamosa yang melapisi esofagus bagian bawah berubah menjadi sel kelenjar. Sel-sel ini mirip dengan sel yang melapisi usus.

Gejala Esofagus Barrett meliputi nyeri dada, muntah darah, atau muntah yang menyerupai bubuk kopi, kesulitan menelan, tinja berwarna hitam atau berdarah.

Esofagus Barrett berkembang pada sekitar 10 hingga 15 persen orang yang menderita GERD. Ini cenderung mempengaruhi pria hampir dua kali lebih sering daripada wanita. Ada sedikit risiko bahwa sel kelenjar ini bisa menjadi kanker dan menyebabkan kanker esofagus.

7 dari 7 halaman

Kanker esofagus

Orang yang menderita GERD berisiko sedikit lebih tinggi terkena jenis kanker esofagus tertentu yang dikenal sebagai adenokarsinoma esofagus. Kanker ini menyerang bagian bawah kerongkongan, menyebabkan gejala seperti kesulitan menelan, penurunan berat badan, sakit dada, batuk, gangguan pencernaan, dan mulas parah.

Refluks asam yang menyebabkan Esofagus Barrett kerusakan jaringan bisa meningkatkan risiko kanker esofagus. Sel-sel yang berkembang terkadang bisa menjadi sel prakanker.

Kanker esofagus seringkali tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Orang biasanya hanya menemukan gejala setelah kanker telah mencapai tahap yang lebih lanjut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini