Sukses

11 Penyebab Usus Buntu, Gejala, dan Pengobatannya yang Tepat

Kenali penyebab usus buntu, gejala, dan pengobatannya. Jangan sampai terlambat menangani!

Liputan6.com, Jakarta Penyebab usus buntu yang paling umum adalah penyumbatan. Peningkat faktor risiko usus buntu yakni, makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Makanan pedas, gorengan, jajan sembarangan, makanan bakar, dan masih banyak lagi.

Penyakit usus buntu bisa menyerang siapa saja, terutama bagi yang berusia 18-35 tahun. Sayangnya, gejala usus buntu bagi beberapa kasus sulit dikenali karena mirip masalah pencernaan biasa. Maka lebih baik hindari penyebab usus buntu, terutama bagi yang merasa rentan mengalaminya.

Menurut Dr. Edward Livingston, kepala Operasi GI endokrin di UT Southwestern, menyatakan penyebab usus buntu mungkin saja disebabkan oleh infeksi virus. Para peneliti pun menemukan kecenderungan peningkatan kasus usus buntu selama musim panas, keduanya saling berkaitan.

Berikut Liputan6.com ulas penyebab usus buntu, gejala, dan pengobatannya dari berbagai sumber, Selasa (9/3/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Penyebab Usus Buntu

Tidak Mengunyah Halus

Makanan yang tersumbat dalam usus adalah salah satu penyebab usus buntu. Potongan kecil makanan dapat memblokir permukaan rongga yang membentang di sepanjang usus buntu. Penyebab usus buntu ini membuat timbulnya pembengkakan dan pembentukan nanah.

Potongan kecil makanan yang menyumbat permukaan sebagai penyebab usus buntu, akan membuat bakteri terbentuk di dalam usus buntu. Jika tidak diobati, radang akan menyebabkan usus buntu pecah dan menyebarkan bakteri ke seluruh tubuh. Jadi, sebelum menelannya pastikan makanan yang dikonsumsi sudah terkunyah halus.

Setelah dikunyah di mulut, makanan akan lantas dihancurkan oleh enzim. Pastikan untuk mulai memerhatikan pola makan yang benar agar terhindar dari masalah usus buntu. Kunyah paling tidak 33 kali agar makanan benar-benar halus.

Polusi Udara

Polusi udara yang dihirup di jalan raya bisa menjadi penyebab usus buntu. Hal ini dipaparkan oleh sebuah penelitian pada tahun 2013 yang dimuat dalam Enviromental Health Perspectives.

Diungkap bahwa polusi udara dan ozon yang dihasilkan oleh kegiatan manusia sehari-hari. Hal ini pun dapat meningkatkan resiko penyebab usus buntu bagi manusia.

Oleh sebab itu, sudah sebaiknya umat manusia dapat menjaga alam. Kemudian dapat mengurangi timbulnya polusi yang berasal dari aktivitas manusia sehari-hari.

Infeksi Virus

Dr. Edward Livingston, kepala Operasi GI endokrin di UT Southwestern, menyatakan penyebab usus buntu mungkin saja disebabkan oleh infeksi virus.

Hanya saja penyebab usus buntu belum ditentukan. Hasil ini tertuang dalam sebuah makalah yang terbit di Archives of Surgery edisi Januari tahun 2010.

Para peneliti juga menemukan kecenderungan peningkatan kasus usus buntu selama musim panas. Meski begitu, belum ditemukan hubungan sebab-akibat pasti antara kedua faktor ini.

Makanan Rendah Serat

Sering mengonsumsi makanan yang rendah serat dapat menjadi penyebab usus buntu. Menurut penelitian, terhadap hampir dua ribu orang anak di Yunani, mereka mengalami radang usus buntu karena asupan serat yang diterimanya rendah.

Dalam studi kasus lainnya yang dilakukan di Amerika Serikat, ditemukan bahwa anak-anak yang memiliki persentase asupan serat lebih dari 50% memiliki risiko 30% lebih rendah terkena radang usus buntu, dibandingkan dengan anak yang jarang makan serat.

Selain itu, konsumsi gula dan makanan manis yang besar dapat menyebabkan sembelit dan meningkatkan pemaparan infeksi, yang pada akhirnya menjadi penyebab usus buntu.

3 dari 7 halaman

Penyebab Usus Buntu

Menahan Kentut

Menahan kentut memang terkadang menjadi pilihan bagi mereka yang pemalu. Padahal menahan kentut bisa membahayakan kesehatan organ pencernaan, salah satunya menjadi penyebab usus buntu.

Orang yang sering menahan kentut, membuat gas akan tertahan pada saluran pencernaan usus. Hingga membuat apendiks menjadi bengkak, meradang, dan menjadi penyebab usus buntu.

Hal ini bisa mengakibatkan dinding usus menjadi tipis dan akan lebih rentan terjadi peradangan dan pembengkakan pada rongga usus buntu. Maka dari itu, ini menjadi salah satu kebiasaan buruk atau penyebab usus buntu yang perlu segera dihindari.

Genetik

Selain karena penyumbatan oleh feses maupun benda asing, faktor genetik ternyata turut ikut ambil bagian sebagai penyebab usus buntu akut. Sebanyak 56 persen penyebab usus buntu merujuk pada faktor genetik.

Risiko usus buntu pada anak yang setidaknya terikat darah dengan satu anggota keluarga inti yang punya riwayat usus buntu (aktif atau sudah pernah diobati), meningkat sepuluh kali lipat dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga bebas usus buntu.

Penyebab usus buntu akut diturunkan oleh keluarga dilaporkan terkait dengan sistem HLA (antigen leukosit manusia) dan golongan darah. Mereka juga menemukan bahwa golongan darah A memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami usus buntu daripada golongan O.

Makan Gorengan

Sering mengonsumsi makanan yang digoreng juga merupakan penyebab usus buntu. Segala macam makanan yang digoreng mempunyai zat karsinogen yang berbahaya bagi tubuh.

Lebih lagi jika makanan gorengan ini sering dikonsumsi sehari-hari. Oleh karena itu, kebiasaan ini perlu dihindari atau setidaknya dikurangi sedikit demi sedikit, untuk meminimalisir penyebab usus buntu. Makanan yang lebih sehat bisa didapatkan dari makanan rebus atau kukus.

Fakta menyebutkan bahwa mengonsumsi daging kalengan atau berbagai jenis daging instan yang dijual di pasaran tidak baik untuk dikonsumsi sehari-hari. Sama seperti makanan yang digoreng atau dibakar, daging kalengan ini menyimpan zat karsinogen yang mampu menjadi penyebab usus buntu.

4 dari 7 halaman

Penyebab Usus Buntu

Jajan Sembarangan

Bagi yang sering membeli jajanan sembarangan, perlu berhati-hati. Jajanan yang biasa dijual bebas di pinggir-pinggir jalan tidak terjaga kebersihannya, sehingga rentan tercampur oleh debu, polusi juga bakteri yang tersebar bebas.

Bakteri yang menempel pada jajanan tersebut bisa menjadi penyebab usus buntu, karena memicu terjadinya peradangan dan pembengkakan pada rongga usus buntu. Maka dari itu, perlu menghindari konsumsi makanan atau jajanan yang tidak higienis agar penyebab usus buntu bisa diminimalisir.

Makanan Pedas

Biji cabai yang tidak hancur dapat menyumbat usus dalam jangka waktu panjang dan akhirnya menjadi penyebab usus buntu. Meski begitu, makanan pedas bukanlah masalah utamanya.

Makan makanan pedas seperti cabai, paprika pedas, atau saus sambal dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Beberapa orang akan merasakan sakit parah di daerah antara tulang dada dan pusar, disertai mual.

Kondisi usus buntu tidak akan pergi dengan sendirinya kecuali ada bantuan perawatan medis. Jika merasa rentan terhadap gangguan pencernaan yang menyakitkan setelah makan pedas, jangan ragu untuk membatasi.

Makanan Dibakar

Mengonsumsi makanan yang dibakar juga dapat menjadi penyebab usus buntu. Makanan yang diolah dengan cara dibakar di atas arang.

Hal ini akan membuat makanan tersebut mengandung zat karsinogen yang dapat menjadi penyebab usus buntu hingga kanker.

Untuk menghindari penyebab usus buntu ini lebih baik segera mengurangi konsumsinya. Makanan yang dibakar ini seperti sate, ayam bakar, ikan bakar atau yang lainnya.

Penyumbatan

Penyebab usus buntu yang paling utama adalah adanya sumbatan pada usus buntu. Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh feses, benda asing, atau bahkan sel kanker.

Penyebab usus buntu ini kemudian dapat menjadi rumah baru bagi bakteri untuk berkembang biak. Hal ini lama kelamaan dapat mengakibatkan usus buntu jadi meradang, bengkak, dan dipenuhi dengan nanah.

Penyumbatan ini pun bisa bersifat sebagian atau seluruh menutupi saluran usus buntu. Bila penyumbatan menutup keseluruhan rongga usus buntu, ini termasuk penyebab usus buntu yang perlu dioperasi.

5 dari 7 halaman

Gejala Usus Buntu

Keluhan khas usus buntu dimulai dengan rasa nyeri atau tidak nyaman pada bagian tengah perut (sekitar pusar) yang bersifat hilang timbul. Dalam 12 hingga 24 jam, nyeri ini berpindah dan akhirnya menetap di area perut kanan bawah, tempat usus buntu berada.

Rasa nyeri bisa memburuk jika penderita batuk, berjalan, atau adanya penekanan pada area ini.

Berikut adalah gejala-gejala khas usus buntu:

1. Nyeri tumpul di area pusar atau perut bagian atas yang semakin ‘tajam’ dan konstan ketika berpindah ke area perut kanan bawah; biasanya ini merupakan gejala yang pertama kali timbul

2. Hilangnya nafsu makan

3. Mual dan/atau muntah segera setelah nyeri perut mulai terasa

4. Demam ringan hingga sedang (37.2-38.9 oC)

5. Sulit buang angin

Gejala lain yang dapat timbul adalah:

6. Nyeri tumpul atau tajam di area perut atas atau bawah, punggung, atau rektum

7. Nyeri saat buang air kecil

8. Muntah sebelum nyeri perut muncul

9. Kram perut yang hebat

10. Diare atau konstipasi

Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segera cari pertolongan medis. Jangan makan, minum, atau menggunakan obat-obatan, yang mengakibatkan usus buntu yang meradang ini pecah.

6 dari 7 halaman

Pengobatan Usus Buntu

Usus buntu dapat sulit terdiagnosis kecuali gejalanya khas yang hanya muncul pada 50% kasus. Beratnya gejala juga tergantung dari posisi usus buntu yang dapat berbeda-beda pada setiap orang.

Pemeriksaan yang umumnya dilakukan untuk mendiagnosis usus buntu adalah:

1. Pemeriksaan fisik perut

2. Pemeriksaan urine untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih

3. Pemeriksaan colok dubur

4. Pemeriksaan darah untuk melihat adanya infeksi

5. USG dan/atau CT scan untuk melihat apakah usus buntu membengkak

6. Tes kehamilan untuk wanita

Apabila diagnosis masih meragukan, ada kemungkinan dokter akan menganjurkan untuk menunggu dan melihat perubahan gejala dalam 24 jam.

Penanganan utama untuk penyakit usus buntu adalah dengan prosedur operasi pengangkatan usus buntu atau apendektomi. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko pecahnya usus buntu.

Apendektomi dilakukan di bawah bius total dengan cara operasi terbuka (laparatomi) dan laparoskopi. Namun, laparoskopi tidak dapat dilakukan apabila usus buntu sudah pecah atau muncul kantong kumpulan nanah (abses).

Jika usus buntu telah membentuk abses, akan dilakukan pengeluaran cairan dan nanah disertai pemberian antibiotik. Operasi baru dapat dilakukan beberapa minggu kemudian setelah infeksi teratasi.

7 dari 7 halaman

Pengobatan di Rumah

Penyembuhan melalui laparoskopi akan lebih cepat dan lebih tidak menimbulkan nyeri pascaoperasi. Sebagian besar pasien dapat pulang dalam 24 jam. Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempercepat penyembuhan luka pascaoperasi:

1. Batasi aktivitas selama 3- 5 hari pasca laparoskopi atau 10- 14 hari pasca laparatomi.

2. Selalu konsultasikan pada dokter yang merawat, mengenai aktivitas apa saja yang perlu dibatasi dan kapan dapat beraktivitas normal pascaoperasi.

3. Aktivitas yang berat seperti olahraga yang intens atau fitness baru dapat dilakukan setelah 2- 4 minggu pascaoperasi.

4. Bila batuk, tertawa, atau bergerak, berikan penekanan pada perut (misalnya dengan menaruh bantal) agar rasa sakit berkurang.

5. Mulailah dengan aktivitas fisik yang ringan, misalnya dengan berjalan kaki. Kemudian tingkatkan secara bertahap ketika tubuh dirasa siap dan mampu.

6. Dalam masa penyembuhan pascaoperasi, pasien akan merasa lebih sering mengantuk dari biasanya. Maka dari itu, segera beristirahat ketika merasa lelah.

7. Segera hubungi dokter yang merawat bila obat-obat antinyeri tidak membantu.

8. Rasa nyeri yang mengganggu akan membuat tubuh semakin ‘stres’ dan memperlambat proses penyembuhan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.