Sukses

Stem Cell adalah Sel Hidup untuk Pengobatan Penyakit Berat, Simak Penjelasan Ahli

Steam cel adalah satu-satunya sel dalam darah yang mampu meregenerasi tipe sel baru.

Liputan6.com, Jakarta Stem cell adalah memiliki nama lain sel punca. Stem cell adalah sel induk yang mempunyai kemampuan untuk memperbanyak diri dan berubah menjadi berbagai jenis sel. Steam cel adalah satu-satunya sel dalam darah yang mampu meregenerasi tipe sel baru. Wujud stem sell adalah sel hidup yang tidak dapat dikemas.

Dikatakan oleh beberapa ahli, stem cell adalah salah satu terobosan yang berpotensi dalam menyembuhkan berbagai penyakit berat. Penyakit berat yang dapat disembuhkan dengan stem cell adalah penyakit kronis, penyakit degeneratif, penyakit autoimun, dan infeksi virus Corona COVID-19.

Umumnya stem cell adalah berasal dari lemak dan sumsum tulang belakang. Meski demikian, kini stem cell adalah bisa diperoleh dari tali pusat saat bayi lahir. Dibandingkan sumber lain, ternyata sel punca atau stem cell adalah dari tali pusat memiliki lebih banyak keunggulan dan lebih aman.

Peneliti dari Stem Cell and Cancer Institute (SCI), Yuyus Kusnaedi, Ph.D menjelaskan dahulu tali pusat merupakan limbah, namun setelah dipelajari di dalam darahnya mengandung stem cell, pada matriks juga terdapat stem cell. Data pun mengungkapkan jika sel punca bersumber dari talu pusat itu lebih bagus dibandingkan dari lemak atau darah

Berikut Liputan6.com ulas lebih dalam tentang stem cell dari berbagai sumber, Selasa (21/9/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Sumber Utama Stem Cell

1. Sumber Stem Cell dari Embrionik

Sel punca atau stem cell adalah diambil dari embrio yang berusia 3-5 hari. Sel-sel ini bersifat pluripoten, yang berarti mampu memperbanyak diri atau berkembang menjadi jenis sel apa pun dalam tubuh. Hal ini memungkinkan stem cell embrionik berguna untuk memperbaiki jaringan atau organ tubuh yang rusak.

Embrio adalah suatu sel yang terbentuk saat sel telur wanita dibuahi oleh sperma pria. Karena sel ini diekstrak langsung dari embrio manusia yang dikembangkan di bawah mikroskop, hal ini masih dianggap tidak etis. Karenanya, hanya boleh dilakukan bila embrio tersebut merupakan donasi dari pendonor.

2. Sumber Stem Cell dari Sel dewasa Biasa yang Dimodifikasi menjadi Stem Cell Embrionik (Induced Pluripotent Stem Cell atau IPS)

Para peneliti telah berhasil mengubah sel dewasa biasa menjadi sebuah stem cell adalah melalui teknologi genetic reprogramming. Sel dewasa tersebut diprogram ulang agar memiliki sifat yang sama seperti sel punca embrionik.

Teknik baru tersebut memungkinkan penggunaan sel punca dari tubuh sendiri dibandingkan dari embrio lain, sehingga mencegah terjadinya reaksi penolakan imun. Namun, efek samping dari metode ini masih belum jelas.

3. Sumber Stem Cell dari Perinatal

Para peneliti menemukan bahwa sel punca atau stem cell adalah yang terkandung dalam cairan ketuban dan tali pusat juga memiliki kemampuan untuk berkembang jadi berbagai tipe sel.

4. Sumber Stem Cell dari Dewasa

Jenis stem cell ini ditemukan dalam jaringan tubuh orang dewasa, seperti sumsum tulang. Dibandingkan dengan stem cell embrionik, stem cell dewasa memiliki kemampuan yang lebih terbatas dalam hal perkembangannya menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh.

Para peneliti menemukan bahwa stem cell dewasa hanya bisa dikembangkan menjadi jenis sel yang sama sesuai asalnya. Sebagai contoh, sel punca yang diambil dari sumsum tulang hanya bisa memproduksi sel darah saja.

Namun, beberapa studi terbaru menunjukkan bahwa sel punca atau atau stem cell adalah dari sumsum tulang juga dapat membantu membentuk sel tulang atau sel otot jantung. Meski demikian, hal tersebut masih perlu diteliti lebih lanjut.

 

3 dari 5 halaman

Terapi Stem Cell di Indonesia

Penelitian terapi stem cell adalah masih terus dikembangkan dalam berbagai penyakit kronis dan degeneratif yang tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan biasa.

Seperti kelumpuhan saraf tulang belakang, diabetes, Parkinson, amyotrophic lateral sclerosis (atau juga dikenal sebagai penyakit Lou Gehrig’s, Alzheimer, gagal jantung, stroke, kebutaan, patah tulang yang tidak tersambung, luka bakar luas, kanker, pengapuran sendi tulang, dan penyakit autoimun.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui pernyataan tertulis di situs website resminya menjelaskan ada sejumlah rumah sakit yang sudah mendapatkan penetapan untuk melakukan penelitian berbasis pelayanan sel punca atau stem cell di Indonesia, antara lain:

1. Sesuai dengan Kepmenkes no 32 tahun 2014

- RSUP dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

- RSUD dr. Sutomo, Surabaya

- RSUP dr M. Djamil, Padang

- RS Jantung dan Pembuluh Darah, Jakarta

- RSUP Fatmawati, Jakarta

- RS Kanker Dharmais, Jakarta

- RSUP Persahabatan Jakarta

- RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung

- RSUP dr Sardjito, Jogjakarta

- RSUP dr.Karyadi, Semarang 

- RSUP Sanglah, Bali

2. Sesuai SK Menkes no.HK.02.02/I/5190/2019 :

- RSPAD Gatot Subroto, Jakarta

- Lab ProSTEM

- Lab Regenic

- Lab Dermama

- Lab Asia Stem Cell

- Lab Hayandra

- Lab RSCM ( masih proses)

- Lab Sutomo (masih proses)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes) No. 32 Tahun 2018, untuk stem cell yang berbahan baku dari embrio, hewan, dan tumbuhan tidak diperbolehkan. Kasus yang paling banyak ditangani denga terapi stem cell adalah diabetes melitus, nyeri sendi lutut, stroke, jantung, dan sisanya adalah penyakit hati, saraf, serta penyakit darah berbahaya lainnya.

4 dari 5 halaman

Efek Samping Terapi Stem Cell

Studi melibatkan 30 peserta pengidap diabetes tipe 2. Setiap relawan mendapatkan infus darah dari stem cell tubuh mereka sendiri. Infus darah disalurkan kepada peserta secara acak. Sebagian melalui vena, sementara yang lain lewat arteri pankreas dorsal. Hasil riset mengungkapkan terapi stem cell aman dan dapat ditoleransi dengan baik oleh seluruh peserta.

Konsultan medis KlikDokter, dr. Dyah Novita Anggraini, menjelaskan stem cell adalah berpotensi meningkatkan jumlah sel pankreas. Jadi, terapi ini dapat mengontrol kadar gula darah.

Para peneliti menyimpulkan stem cell dapat menjadi alternatif terapi pengobatan diabetes yang menjanjikan. Kendati demikian, penelitian lanjutan tetap dibutuhkan guna memperoleh bukti kuat soal potensi terapi stem cell untuk diabetes.

Stem cell embrionik dapat memicu respons imun yang menyerang tubuh sendiri, akibat reaksi penolakan terhadap sel tersebut yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.

Inilah mengapa stem cell yang berasal dari diri sendiri lebih aman dalam meminimalkan reaksi penolakan tersebut. Terapi stem cell adalah bisa gagal berfungsi secara normal tanpa sebab yang jelas. Peneliti masih terus mengembangkan penelitian untuk mencegah komplikasi pada terapi stem cell.

5 dari 5 halaman

Pengobatan Stem Cell untuk Pasien COVID-19

Perawatan sel punca (stem cell) dapat mengontrol reaksi peradangan (inflamasi) pada pasien COVID-19. Terutama reaksi berlebihan yang ditimbulkan dari badai sitokin--pelepasan sitokin yang terlalu banyak.

Ketika terjadi badai sitokin, sistem kekebalan tubuh berujuh pada kerusakan dan mengganggu fungsi sel normal. Kondisi ini menciptakan tingkat peradangan tinggi di area tubuh yang sedang mengalami peradangan, sehingga bisa berakibat fatal.

Dalam dialog virtual Daewoong Pharmaceutical Media Day pada Oktober 2020 lalu, CEO Daewoong Pharmaceutical Sengho Jeon menjelaskan tingkatkan angka kelangsungan hidup pasien yang terinfeksi COVID-19 meningkat, dengan cara mengontrol reaksi inflamasi yang berlebihan dan dapat mengurangi jumlah virusnya.

Perusahaan farmasi Daewoong Pharmaceutical asal Korea Selatan ini mengembangkan terapi stem cell bernama DWP710 yang ditujukan untuk pasien COVID-19. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan Irmansyah pada Juli 2020 lalu menyampaikan, terapi stem cell adalah pengobatan modern.

"Terapi sel punca sendiri bukanlah terapi yang asing. Dengan julukan sebagai obat modern, terapi ini diperkirakan dapat mengatasi masalah gejala pernafasan akut (acute respiratory disstres syndrome/ARDS) yang timbul pada pasien COVID-19," kata Irmansyah sesuai keterangan resmi Badan Litbang Kementerian Kesehatan.

Berbagai pemangku kepentingan, seperti Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, serta Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbang Kementerian Kesehatan akan secara aktif mendukung dan melakukan antisipasi terhadap uji klinis stem cell yang akan dilakukan Daewoong.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini