Sukses

HIV adalah Virus yang Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh, Kenali Gejalanya

Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

Liputan6.com, Jakarta Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. 

HIV secara drastis dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga memungkinkan penyakit, bakteri, virus, dan infeksi lainnya menyerang tubuh Anda. Tidak seperti virus lainnya, tubuhmu tidak bisa menyingkirkan HIV sepenuhnya. Jika sudah terinfeksi HIV, maka Anda akan memiliki virus ini sepanjang hidup.

Penyakit HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dengan menghancurkan sel CD4 (sel T). Sel CD4 adalah bagian dari sistem imun yang spesifik bertugas melawan infeksi. Infeksi HIV menyebabkan jumlah sel CD4 turun secara dramatis sehingga sistem imun tubuh Anda tidak cukup kuat untuk melawan infeksi.

Untuk lebih rinci, berikut ini penjelasan mengenai definisi HIV beserta penyebab dan gejalanya yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (27/9/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Definisi HIV

HIV Adalah salah satu penyakit mematikan yang menjadi mimpi buruk umat manusia. Para ilmuwan sudah mencari berbagai cara untuk menyembuhkan para penderita HIV, namun sampai saat ini masih belum ditemukan obatnya. Sebuah studi terbaru pun mengungkapkan satu alasan kenapa tubuh manusia tidak bisa melawan virus HIV.

Secara singkat, penjelasan di atas ialah protein pada virus HIV adalah pelakunya. Ketika HIV masuk ke dalam tubuh, virus tersebut menghasilkan protein bernama VPU yang langsung menyerang dan menghancurkan protein pertahanan pada sistem imun manusia. Secara normal, protein sistem imun harus bekerja mencegah virus melakukan replikasi dan menyebar dalam tubuh.

Tetapi VPU tersebut mematikan tugas protein sistem imun, sehingga HIV dengan bebas menyerang manusia. Para peneliti menggunakan virus tanpa VPU untuk ditemukan dengan sel sistem imun manusia. Ternyata, sel imun mampu melawan virus seperti keadaan normal pada umumnya.

Pengidap HIV stadium rendah memang mengalami respon yang buruk pada sistem imun mereka. Sehingga adanya penelitian mengenai protein pada virus ini diharapkan bisa bermanfaat untuk penemuan obat HIV yang baru.

3 dari 5 halaman

Gejala HIV

Gejala HIV terkadang tidak muncul selama beberapa tahun atau bahkan satu dekade setelah terinfeksi. Namun dalam satu atau dua bulan setelah HIV memasuki tubuh, 40 sampai 90 persen ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) akan mengalami gejala seperti flu, yang dikenal sebagai sindrom retroviral akut.

Walaupun penyakit ini mampu menyebabkan gangguan kesehatan yang serius, namun sayangnya gejala awal dari penyakit ini kurang diketahui. Sehingga penyakit ini baru diketahui ketika sudah masuk stadium yang parah. Berikut ini gejala HIV yang perlu Anda ketahui, diantaranya:

1. Demam

Gejala awal dari penyakit HIV adalah berupa demam ringan, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Hal ini menjadi tanda bahwa virus tersebut telah memasuki aliran darah Anda dan merusak kekebalan tubuh.

2. Kelelahan

Ketika virus tersebut telah memasuki tubuh Anda, maka mereka akan menyerang sel-sel tubuh yang sehat. Sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan kelemahan di dalam tubuh Anda. Respon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan merasa lemah dan lesu. Kelelahan dapat menjadi tanda awal dari HIV.

3. Nyeri otot

Nyeri otot ini terjadi sebab terjadi peradangan di kelenjar getah bening Anda. Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh dan dapat meradang ketika terjadi infeksi. Kelenjar ini biasanya berada di pangkal paha, leher, dan ketiak. Nyeri ini pun dapat menyerang di sendi dan pangkal paha atau lutut.

4. Ruam kulit

Sebuah ruam kulit seperti bisul dan jerawat yang tiba-tiba menyerang tubuh juga dapat menjadi tanda awal dari penyakit ini. Penyakit kulit ini terjadi beberapa saat setelah anda terinfeksi HIV. Ruam kulit bisa muncul pada awal atau akhir infeksi HIV/AIDS. Gejala awal tampak seperti bisul atau ruam di beberapa bagian tubuh.

5. Perubahan kuku

Tanda lain dari infeksi HIV adalah perubahan kuku, seperti perubahan warna atau penebalan. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi jamur. Pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun akan lebih rentan terhadap infeksi jamur.

6. Berat badan berkurang dan mual

Tanda lain dari infeksi HIV adalah berat badan berkurang dan sering mual. Batuk kering dan turunnya berat badan secara drastis juga merupakan tanda awal penyakit AIDS. Hal ini terjadi karena lagi-lagi disebabkan virus HIV yang mengganggu kesehatan sel tubuh lain. 30% sampai 60% orang yang terinfeksi mengalami mual, muntah, atau diare pada gejala awal HIV.

7. Penurunan berat badan dan berkeringat di malam hari

Penurunan berat badan bisa menjadi tanda infeksi telah meningkat atau akibat diare. ODHA tetap akan kehilangan berat badannya secara drastis meskipun banyak makan. Sebagian orang sering kali berkeringat di malam hari selama tahap awal infeksi HIV.

 

4 dari 5 halaman

Penyebab HIV

Penularan HIV terjadi saat darah, sperma, atau cairan vagina dari seseorang yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara, antara lain:

1. Hubungan seks

Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui vagina maupun dubur (anal). Meskipun sangat jarang, HIV juga dapat menular melalui seks oral. Akan tetapi, penularan lewat seks oral hanya akan terjadi bila terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya seperti gusi berdarah atau sariawan.

2. Berbagi jarum suntik

Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV, adalah salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV. Misalnya menggunakan jarum suntik bersama saat membuat tato, atau saat menggunakan NAPZA suntik.

3. Transfusi darah

Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah dari penderita HIV.

Selain melalui berbagai cara di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya. Penularan virus HIV pada anak juga dapat terjadi pada proses melahirkan, atau melalui air susu ibu saat proses menyusui.

Perlu diketahui, HIV tidak menyebar melalui kontak kulit seperti berjabat tangan atau berpelukan dengan penderita HIV. Penularan juga tidak terjadi melalui ludah, kecuali bila penderita mengalami sariawan, gusi berdarah, atau terdapat luka terbuka di mulut.

5 dari 5 halaman

Pengobatan HIV dan AIDS

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini