Sukses

Ancaman Gelombang Ketiga Covid-19 dan Prokes yang Sudah Diabaikan

Prediksi sejumlah epidemiologi, gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia akan terjadi sejak Desember 2020 hingga Januari 2021.

Liputan6.com, Jakarta Potensi gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia diprediksi sejumlah pakar bisa terjadi pada akhir tahun mengingat ada momen libur Natal dan tahun baru.

Prediksi sejumlah epidemiologi, gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia akan terjadi sejak Desember 2020 hingga Januari 2021.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi mengatakan gelombang ketiga Covid-19 merupakan sebuah keniscayaan.

Menurut Nadia, ada empat hal yang bisa memicu gelombang ketiga Covid-19. Pertama, pola penyebaran Covid-19 yang bersifat fluktuatif tergantung pergerakan masyarakat.

"Salah satu publikasi ilmiah mengatakan pola penyakit Covid-19 ini akan menimbulkan beberapa gelombang. Jadi dia tidak akan cukup dengan satu puncak gelombang, kemudian turun," kata Nadia dalam dialog vaksin untuk semua umur disiarkan melalui YouTube FMB9ID_IKP, Kamis (21/10/2021).

Hal kedua yang bisa menimbulkan gelombang ketiga Covid-19 adalah vaksinasi. Penyebab ketiga ialah varian Delta yang masih mendominasi di Indonesia. Data Badan Litbangkes Kementerian Kesehaan 16 Oktober 2021, total kasus Delta di Indonesia mencapai 4.025, kasus Alpha 68, dan kasus Beta 22.

Pemicu keempat adalah mobilitas penduduk menjelang akhir tahun 2020 hingga awal tahun 2021. Nadia mencatat, ada banyak perayaan keagamaan menjelang akhir tahun 2020 yang bisa meningkatkan mobilitas masyarakat, ditambah perayaan tahun baru 2021.

"Nah potensi empat hal ini yang menyebabkan keniscayaan akan gelombang ketiga itu pasti terjadi," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Hasil evaluasi PPKM, Prokes sering diabaikan

Pemerintah, lanjut Nadia, terus mengingatkan masyarakat bahwa pandemi Covid-19 belum selesai. Penurunan kasus yang terjadi saat ini bukan berarti Indonesia sudah memenangkan peperangan melawan Covid-19.

Sementara itu, Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, dari hasil evaluasi PPKM yang dilakukan pihaknya, sudah banyak kegiatan yang mengabaikan protokol kesehatan dan ini menjadi perhatian Presiden Joko Widodo.

"Presiden tadi mengingatkan juga sudah banyak kegiatan-kegiatan yang kadang-kadang agak mengabaikan protokol kesehatan, baik itu di pernikahan maupun di kegiatan lain," kata dia dalam konferensi pers secara daring, Senin (18/10/2021).

Luhut mengingatkan ancaman gelombang ketiga Covid-19 masih ada, untuk itu masyarakat harus tetap patuh prokes.

"Hendaknya masyarakat patuh, karena kita masih berjaga-jaga terhadap kemungkinan datangnya gelombang ketiga yang munkinterjadi pada natal-tahun baru mendatang, jadi semua kita harus hati-hati,” kata dia.

3 dari 5 halaman

Imbauan taat protokol kesehatan kian masif

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengemukakan gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia sangat bergantung pada ketaatan masyarakat terhadap protokol kesehatan dan kebijakan pemerintah.

"Sebetulnya tergantung masalah perilaku masyarakat, apakah mau pakai terus protokol kesehatan atau tidak. Artinya, saat ini pergerakan masyarakat cukup sering dan cukup padat, sehingga ada risiko penularan," kata Zubairi Djoerban di kanal YouTube pribadinya bertajuk Harap-Harap Cemas Gelombang Ketiga, Senin (18/9).

Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak lengah dalam menerapkan protokol kesehatan serta melaksanakan vaksinasi untuk mencegah lonjakan penularan kasus COVID-19.

"Walaupun tingkat penularan sekarang ini sudah mulai turun, tetapi kita belum merasa aman. Oleh karena itu dua hal penting yaitu menjaga protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan; serta vaksinasi," ujarnya di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, Kamis (21/10/2021), seperti dikutip dari keterangan Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Wapres (BPMI Setwapres).

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito optimis bahwa gelombang ketiga penyebaran Covid-19 dapat dicegah dan dikendalikan sehingga tidak terjadi.

Sebab, kunci pencegahan dan mitigasi penularan sudah diketahui, yakni dengan penerapan protokol kesehatan ketat dan vaksinasi.

"Tapi saya yakin dengan kekuatan dan pola penanganan yang sudah ditemukan, maka kita boleh yakin Desember tidak akan terjadi gelombang ketiga. Perkuat protokol kesehatan, perkuat tracing, tracking dan treatment-nya, kemudian perkuat vaksinasinya. Tiga itu rumusnya. Kalau itu kita sudah oke, saya yakin kita bisa mengendalikan Covid-19 ini," tutur Ganip dalam keterangannya, Minggu (10/10/2021).

4 dari 5 halaman

Penyebab kenaikan kasus

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama menilai kenaikan kasus sebenarnya akan tergantung juga dari 7 hal berikut:

1. Seberapa patuh kita semua pada 3 atau 5 M

2. Seberapa ketat kebijakan PPKM oleh pemerintah sesuai derajat yang ada

3. Sebaik apa kita memantau data perkembangan kasus dari waktu ke waktu, dan kalau ada kenaikan maka seberapa ketat pembatasan sosial diberlakukan

4. Seberapa cepat vaksinasi ditingkatkan. India yg penduduknya 4 kali kita sudah menyuntik 8 juta orang sehari, maka target kita 2 juta sehari rasanya cukup tepat dan semoa dapat dicapai. India juga sudah memvaksin 1 milyar penduduknya.

5. Seberapa aktif tes dan telusur dilakukan. India kasusnya juga sudah landai, peringkat di Nikkei lebih baik dari kita, dan India sekarang ini 1,5 juta sehari, jadi kalau kita seperempatnya maka baiknya sekitar 400 ribu, dan telusur dilakukan pada 15 kontak dari kasus yang ada.

6. Bagaimana kita mengendalikan pintu masuk negara dalam antisipasi kemungkinan peningkatan kasus dari mereka yang datang dari luar negeri.

7. Ada tidaknya varian baru yang muncul, dan kalau ada apakah akan lebih menular atau tidak

"Jadi yang paling penting sekarang adalah berupaya maksimal agar kasus dapat tetap terjaga rendah," pungkasnya.

5 dari 5 halaman

Prokes di Jogja kendor

Pada bulan Oktober ini, tren penularan kasus di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menurun drastis dan nyaris di bawah 50 kasus per hari. Namun sejumlah kabupaten melaporkan temuan klaster baru.

Seperti klaster senam sehat di Kabupaten Bantul engan 14 pasien positif, juga klaster 17 santri pondok pesantren di Kabupaten Gunungkidul.

Mengetahui munculnya klaster baru tersebut, Sekda Kadarmanta Baskara Aji menyatakan kejadian itu harus dianggap sebagai hal serius.

Aji menilai munculnya klaster-klaster baru ini karena masyarakat mulai abai pada protokol kesehatan. Aji mengingatkan masyarakat agar tetap mematuhinya agar terhindar dari penularan Covid-19.

"Masyarakat sudah abai terhadap prokes. Sudah tahu positif, masih datang senam dan ditiliki (dijenguk-red). Seharusnya itu tidak boleh," tegas Aji di Kantor Gubernur DIY, Kamis (14/10/2021).

Aji mengingatkan, meski kasus penularan virus Covid-19 sudah mulai melandai namun masyarakat jangan sampai abai pada protokol kesehatan.

"Masyarakat harus waspada. Yang positif seharusnya juga tahu diri. Sudah tahu positif kok masih berangkat senam,"

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.