Sukses

Agnostik adalah Meragukan Keberadaan Tuhan, Begini Asal Usulnya

Orang-orang merasa dianggap lebih intelektual apabila mengaku sebagai agnostik.

Liputan6.com, Jakarta Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerjemahkan agnostik adalah orang yang berpandangan kebenaran tertinggi (misalnya Tuhan) tidak dapat diketahui dan mungkin tidak akan dapat diketahui. Kepercayaan terhadap agnostik adalah agnostisisme.

Stanford Encyclopedia of Philosophy mengungkap "agnostik" dan "agnostisisme" diciptakan pada akhir abad kesembilan belas oleh ahli biologi Inggris, T.H. Huxley. Dia berargumen, agnostik adalah ada karena tidak satu pun dari kepercayaan tersebut yang cukup didukung oleh bukti, manusia harus menangguhkan penilaian tentang masalah apakah Tuhan itu ada atau tidak.

Dalam artikel yang diterbitkan Kementerian Agama RI, percaya terhadap agnostik adalah bentuk gaya hidup masa kini. Orang-orang merasa dianggap lebih intelektual apabila mengaku sebagai agnostik. Kini, penganut atheisme dinilai tidak lebih menarik dari agnostik.

Agostik adalah golongan orang yang ragu terhadap keberadaan Tuhan. Menurut golongan agnostik, Tuhan yang dipercaya oleh mereka yang beragama tidak bisa dinalar oleh akal manusia. Dalam atikel yang diterbitkan Voice of America, Prof Adrianus Sunarko OFM, Uskup Pangkalpinang mengatakan kaum agnostik adalah dinilai tetap berhak menikmatik keselamatan akhirat.

Berikut Liputan6.com ulas lebih dalam tentang agnostik dari berbagai sumber, Kamis (28/10/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Agnostik Menurut Huxley

Huxley mengatakan bahwa dia menemukan kata agnostik adalah untuk menunjukkan orang-orang yang, seperti [dirinya], mengaku sangat tidak peduli tentang berbagai hal, yang di dalamnya para ahli metafisika dan teolog, baik ortodoks maupun heterodoks, melakukan dogmatisasi dengan sangat yakin termasuk tentang keberadaan Tuhan.

Meski demikian, Huxley tidak mendefinisikan "agnostisisme" hanya sebagai keadaan agnostik. Sebaliknya, dia sering menggunakan istilah itu untuk merujuk pada prinsip epistemologis normatif, sesuatu yang mirip dengan apa yang sekarang disebut sebagai "pembuktian".

Secara kasar, prinsip Huxley mengatakan bahwa agnostik adalah hal yang salah untuk mengatakan bahwa seseorang mengetahui atau percaya bahwa suatu proposisi adalah benar tanpa bukti yang memuaskan secara logis (Huxley 1884 dan 1889).

Penerapan prinsip ini oleh Huxley pada kepercayaan teistik dan ateistik-lah yang pada akhirnya memiliki pengaruh terbesar pada arti istilah tersebut. Dia berargumen bahwa, karena tidak satu pun dari kepercayaan tersebut yang cukup didukung oleh bukti, manusia harus menangguhkan penilaian tentang masalah apakah Tuhan itu ada atau tidak.

Secara terminologi agnostik adalah orang yang memiliki pandangan bahwa ada atau tidaknya Tuhan adalah hal yang tidak dapat diketahui. Agnostisisme tidak menyangkal keberadaan Tuhan secara mutlak. Mereka beranggapan bahwa keberadaan Tuhan adalah sesuatu yang tidak mungkin dapat dinalar oleh akal manusia, dan konsekuensinya adalah keberadaan Tuhan tidak dapat diketahui dengan cara apapun.

 

3 dari 4 halaman

Agnostik Menurut Islam

Kementerian Agama RI mengungkap fenomena agnostik adalah bisa dijawab oleh Islam. Ini berhubungan dengan penampilan luar orang beragama. Jika ada orang Islam yang mudah marah, intoleran, suka menghina dengan ujaran kebencian, berperilaku kasar, dan berakhlak buruk pasti ada yang salah dalam cara mereka berislam.

“Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, selain mengajarkan aspek lahir dengan rangkaian ritualnya, seperti salat, puasa, zakat, haji, dan  lain-lain, juga menekankan aspek batin melalui jalan spiritual untuk membentuk perilaku (akhlak) dan kedekatan kepada Tuhan,” mengutip kemenag.go.id

Di balik aspek ritual dalam Islam oleh Kemenag dijelaskan sesungguhnya mengandung unsur-unsur batin. Dimisalkan dengan salat manusia diajarkan bagaimana memiliki ketundukan total kepada Tuhan, sehingga tidak muncul sikap congkak, tetap taat pada ajaran Tuhan, memiliki jiwa yang lembut dan sopan, jujur, dan lain-lain.

"Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS: Al Ankabut: 45).

Itu dua contoh ibadah dalam Islam, dan semua rangkaian ibadah dalam Islam memiliki tujuan yng komprehensif untuk membentuk akhlak yang paling mulia. Ada pula amalan-amalan yang bersifat olah batin (riyadhah) melalui jalan sufi. Banyak orang-orang modern pada akhirnya menempuh jalan sufi (mistisisme Islam) karena memberi jawaban yang konkrit dan lengkap atas kebutuhan spiritualisme manusia.

4 dari 4 halaman

Agnostik Menikmati Keselamatan Akhirat

Prof Adrianus Sunarko OFM, Uskup Pangkalpinang mengatakan kaum agnostik adalah dinilai tetap berhak menikmati keselamatan akhirat. Pernyataan agnostik bisa menikmati keselamatan akhirat adalah berasal dari kisah kaum agnostik yang memiliki kebiasaan menolong orang miskin.

Sunarko mengungkap orang-orang itu kaget dimasukkan surga setelah proses pengadilan di akhirat. Dalam kisah ini dikatakan, karena kaget mereka kemudian bertanya kepada Yesus, kemudian dijawab bahwa mereka selamat karena menjadi penolong manusia ketika hidup.

Masih mengutip artikel yang sama diterbitkan oleh VOA, Prof Syafaatun Almirzanah, Guru Besar Studi Agama-Agama, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, mengutip kisah yang dituturkan pujangga Islam, Jalaluddin Rumi.

Kisah ini menggambarkan, bahwa Allah sangat sabar, bahkan kepada kaum atheis, tidak hanya pada kaum agnostik. Kisah ini dikutip Syafaatun dari paparan Rumi terkait kebiasaan Nabi Ibrahim yang selalu mengajak seorang miskin untuk makan bersama. Suatu hari, ketika dia mengajak orang miskin pulang untuk makan bersama. Di tengah jalan, Ibrahim menanyakan agama orang miskin itu yang lalu menjawab bahwa dia seorang atheis.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.