Sukses

Selain Bangkok, 5 Ibu Kota Negara Ini Juga Pernah Berganti Nama

Ibu Kota Thailand resmi berganti nama menjadi Krung Thep Maha Nakhon.

Liputan6.com, Jakarta Sejak beberapa waktu lalu Thailand dikabarkan bakal mengganti nama ibu kotanya. Selama ini ibu kota Thailand dikenal dengan nama Bangkok. Kota ini dikenal sebagai kota metropolitan dengan kuil-kuil indah serta kehidupan jalanan yang selalu ramai.

Meski telah sejak lama Bangkok menjadi sebutan nama ibu kotanya, pemerintah Thailand memtusukan untuk mengganti namanya. Seperti melansir dari AP News, Kerajaan Thailand secara resmi mengubah nama Bangkok menjadi Krung Thep Maha Nakhon.

Awalnya nama tersebut hanya digunakan oleh warga lokal saja. Namun mereka hanya menyingkatnya menjadi "Krung Thep". Krung Thep Maha Nakhon memiliki arti Kota Agung Para Malaikat. 

Meski sudah resmi berganti nama, pihak kerajaan menyebut Bangkok masih bisa dipakai. Menurut Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha, Bangkok tetap bisa dituliskan kemudian dibelakangnya diberi kurung Krung Thep Maha Nakhon.

Pergantian nama ibu kota negara rupanya bukan hanya dialami oleh Thailand saja. Beberapa negara di dunia juga pernah mengganti nama ibu kota dengan berbagai alasan.

Berikut ini 5 nama ibu kota negara yang juga pernah diganti, dirangkum dari berbagai usmber oleh Liputan6.com, Senin (21/2/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Ibu Kota Zimbabwe

Sebelum Thailand, Zimbabwe juga pernah mengganti nama ibu kota negaranya. Ibu kota Zimababwe sebelumnya memiliki nama Salisbury. Lokasi itu berada di daerah koloni Rhodesia.

Salisbury dulunya merupakan sebuah pemukiman prajurit bayaran Perusahaan Afrika Selatan Britania. Nama Salisbury pun diberikan oleh perdana menteri Inggris pada masa itu.

Demi menyingkirkan sisa-sisa penjajahan, pemerintah Zimbabwe lantas mengganti nama ibu kota mereka menjadi Herare. Pergantian nama itu diresmikan pada saat perayaan kemerdekaan Zimbabwe yang kedua tepatnya 18 April 1982.

3 dari 6 halaman

2. Ibu Kota Kazakhstan

Kazakhstan adalah negara yang tak hanya sekali saja mengubah nama ibu kotanya. Negara yang berbatasan dengan Rusia tersebut kini memiliki nama ibu kota Nur-Sultan.

Sebelum terpilihnya nama tersebut, beberapa sebutan sempat menjadi pilihan yakni Akmonlisk, Aqmola dan Tselinogard. Aqmola sempat menjadi nama ibu kota setelah merdeka. Kemudian pada 1998, namanya berubah lagi menjadi Astana yang berarti ‘ibu kota’ dalam bahasa Kazakhstan.

Nama Nur-Sultan yang kini menjadi nama ibu kota Kazakhstan diambil dari nama Presiden pertamanya, Nursultan Nazarbayev. Hal itu untuk menghotmati jasanya yang telah mundur dari jabatannya Maret 2019.

4 dari 6 halaman

3. Ibu Kota Norwegia

Kini Norwegia memiliki ibu kota bernama Oslo. Sebenarnya Oslo sudah dipakai sejak dulu sebagai nama ibu kotanya. Namun pada 1624 terjadi kebakaran hebat melanda wilayah yang terletak di timur teluk Bjorvika itu.

Raja Denmark yang berkuasa, Christian IV, kemudian membangun kembali kota tersebut. Ia lalu mengubah namanya menjadi Christiana, yang kemudian berubah ejaan menjadi Kristiana pada 1877.

Setelah merdeka penuh, Norwegia memutuskan untuk tak mengenang kembali raja Denmark itu. Nama ibu kota Norwegia kembali menjadi Oslo pada 1905.

5 dari 6 halaman

4. Ibu Kota Kongo

Salah satu negara di benua Afrika yang juga mengganti nama ibu kotanya yakni Republik Kongo. Ibu kotanya pernah dikenal sabagai Leopoldville. nama itu  iambil dari seorang Raja Belgium, Leopold II, yang menguasai Negara Kongo. 

Kemduian Kepala Staf Militer Kongo Mobutu Sese Seko berhasil merebut kembali kekuasaan dan menyatakan diri sebagai presiden. Seko kemudian mengganti nama Leopoldville pada 1966. Ia menggantinya dengan nama Kinshasa yang hingga kini dipakai dengan maksud agar lebih dekat dengan budaya Afrika.

6 dari 6 halaman

5. Ibu kota Tajikistan

Sejak dulu hingga 1929, ibu kota Tajikistan memiliki nama Dyushambe. Nama yang berasal dari bahasa Rusia itu kemudian berubah menjadi Stalinabad atau “Kota Stalin” hingga 1961.

Negara yang dikelilingi Afghanistan, Cina, Kirgistan dan Uzbekistan itu kemudian mengubah ibu kota menjadi Dushanbe yang lebih identik dengan suasana di sana. Hal itu juga sekaligus mengupayakan reformasi politik sejak kematian Stalin.

Nama Dushanbe yang hingga kini dipakai berasal dari kata Persia yang berarti “Senin”. Kata itu untuk merujuk pada fakta bahwa kota tersebut merupakan pasar hari Senin yang populer. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.