Sukses

Gejala Kanker Usus, Faktor Risiko, dan Pengobatannya

Gejala kanker usus terdiri dari tanda-tanda yang terdapat pada perut dan feses seseorang.

Liputan6.com, Jakarta Gejala kanker usus perlu dikenali dan diwaspadai oleh setiap orang. Pasalnya, penyakit satu ini dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya untuk pengidapnya. Kanker usus besar atau kolorektal merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui pada orang berusia 50 tahun ke atas.

Namun, kanker usus bukan cuma menyerang mereka yang paruh baya saja. Dalam Journal of the National Cancer Institute, ada peningkatan stabil pada angka penderita kanker usus pada orang muda usia 20 sampai 30 tahun.

Gejala kanker usus terdiri dari tanda-tanda yang terdapat pada perut dan feses seseorang. Untuk mencegahnya terjadi, kamu bisa menghindari beberapa faktor risiko yang bisa dikendalikan, seperti konsumsi makanan, aktivitas fisik, hingga mengontrol berat badan.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (12/5/2022) tentang gejala kanker usus.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gejala Kanker Usus

Gejala kanker usus perlu diwaspadai oleh setiap orang. Pasalnya, dengan mengenali gejala kanker usus sedini mungkin, kamu bisa secara rutin untuk memeriksakan diri ke dokter. Dengan begitu, penyakit yang kamu derita mungkin masih bisa ditangani sebelum menimbulkan komplikasi berbahaya.

Seperti Liputan6.com kutip dari Today, berikut gejala kanker usus yang perlu diwaspadai:

- BAB berdarah

Salah satu tanda peringatan paling umum adalah pendarahan pada rektum seperti disampaikan tenaga medis di bidang onkologi Columbia University Mailman School of Public Health, Alfred Neugut.

Bila buang air besar disertai darah, segera konsultasi ke dokter. Darah tersebut bisa berwarna merah terang atau gelap. Menurut dokter penyakit dalam yang mendalami saluran pencernaan Brigham and Women's Hospital, Amerika Serikat, Jennifer Inra, banyak orang tidak melihat feses usai BAB, padahal penting untuk melihatnya untuk tahu apa yang terjadi pada tubuh. 

- Kekurangan zat besi. Terjadinya pendarahan pada gejala kanker usus menyebabkan hilangnya zat besi dari tubuh. Itu alasan kenapa penting rajin tes darah untuk mengetahui anemia atau tidak.

- Perut nyeri, mual, dan muntah. Kehadiran tumor usus bisa menyebabkan rasa nyeri atau kram atau ketidaknyamanan lainnya pada perut seperti disampaikan Inra. Selain rasa nyeri, gejala kanker usus juga bisa menyebabkan mual dan muntah.

- Sembelit. Ketika ada masalah pada saluran pencernaan, bakal memengaruhi bentuk feses atau frekuensi BAB. "Jika BAB lebih tipis dari biasanya mungkin ada tumor di usus. Perhatikan juga perubahan lain misalnya sembelit," kata Inra.

- Ingin BAB, tapi tidak bisa. Tanesmus adalah perasaan ingin mengosongkan perut, tapi saat ke toilet atau wc tidak ada feses yang dikeluarkan. Bila ini terjadi, kata Inra, bisa saja karena ada tumor di rektum yang juga menjadi gejala kanker usus.

- Berat badan turun tanpa alasan jelas. Penurunan berat badan selalu bisa menjadi salah satu tanda atau gejala kanker usus serta jenis kanker lainnya. Kelihatannya sudah makan banyak, tatapi malah kurus seperti disampaikan National Cancer Institute.

3 dari 4 halaman

Penyebab Kanker Usus

Setelah mengenali gejala kanker usus, kamu perlu juga mengenali penyebabnya. Sampai sekarang, tidak ada yang tahu pasti penyebab kanker usus besar atau kanker kolektoral ini. Namun, orang dengan faktor risiko tertentu lebih rentan terkena penyakit ini. Hal ini berkaitan dengan gaya hidup seseorang.

Oleh karena itu konsumsi makanan, aktivitas fisik, berat badan, hingga kebiasaan makan dan minum sangat berpengaruh terhadap faktor risiko penyebab kanker usus besar. Berikut faktor risiko penyebab kanker usus besar yang perlu kamu ketahui:

- Usia di atas 50 tahun

- Sering mengonsumsi daging berlemak

- Jarang mengonsumsi serat

- Obesitas

- Jarang berolahraga

- Memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol

- Merokok

- Adanya polip di usus besar

- Memiliki riwayat penyakit Crohn

4 dari 4 halaman

Pengobatan Kanker Usus

Pengobatan kanker usus besar tergantung pada stadium kanker. Secara umum pengobatannya meliputi operasi, kemoterapi, dan radiasi. Operasi pemotongan usus besar dilakukan untuk mengangkat jaringan kanker. Tak jarang, setelah operasi, penderita harus dipasang kolostomi, yaitu lubang dari usus besar ke luar tubuh untuk membuang feses.

Bila penderita kanker usus besar harus dipasangi kolostomi, maka untuk selanjutnya fesesnya tidak akan dikeluarkan melalui anus lagi. Kotoran akan langsung dikeluarkan melalui lubang kolostomi. Selain itu, untuk menghilangkan sisa tumor, metode kemoterapi dan radiasi bisa dilakukan.

Bila kanker usus besar sudah berada dalam stadium lanjut, pengobatan dilakukan untuk mengecilkan ukuran tumor saja, tetapi tidak bisa menghilangkan kanker sepenuhnya. Usaha mengecilkan ukuran tumor dilakukan dengan radiasi dan kemoterapi.

Kemoterapi merupakan cara untuk membunuh sel-sel kanker melalui pemberian obat-obatan dalam beberapa siklus yang diatur oleh dokter onkologi. Beberapa contoh obat kanker usus besar adalah oxaliplatin dan irinotecan.

Radioterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker dengan menggunakan sinar radiasi. Sinar ini dapat dipancarkan dari alat di luar tubuh (radioterapi eksternal) atau dari alat yang dipasang dekat lokasi kanker (radioterapi internal).

Berbeda dengan kemoterapi yang menyerang sel kanker sekaligus sel yang sehat, obat ini bekerja dengan membunuh sel-sel kanker secara spesifik. Terapi obat bertarget dapat diberikan tunggal atau dikombinasi dengan metode pengobatan lain. Beberapa obat yang digunakan, antara lain Regorafenib, Cetuximab, Bevacizumab, Ramucirumab.

Secara umum, pasien yang menderita kanker usus besar dan terdiagnosis sejak stadium awal memiliki tingkat kesembuhan lebih tinggi dibandingkan pasien yang terdiagnosis pada stadium akhir. Pasien yang sudah dinyatakan sembuh dari kanker usus besar masih memiliki risiko untuk menderita kanker kembali. Untuk memastikan bahwa kanker usus besar tidak muncul kembali, dokter akan menjadwalkan kontrol pasien secara berkala.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.