Sukses

Mengenal Penyakit Kusta, Penyebab, Penularan, Gejala, dan Pengobatannya

Penyakit kusta merupakan penyakit yang dapat diobati dan jarang menyebabkan kematian.

Liputan6.com, Jakarta Penyakit kusta adalah penyakit kulit yang bisa merusak saraf dan otot seseorang. Kusta biasanya ditandai dengan ruam, lesi, hingga borok pada kulit. Penyakit ini awalnya ditandai dengan mati rasa di tungkai kaki, hingga akirnya menimbulkan lesi di kulit.

Penyakit Kusta yang dikenal juga dengan sebutan penyakit Hansen adalah penyakit yang dapat menular. Penyakit ini bisa menyebar melalui percikan ludah atau dahak yang keluar dari mulut penderita saat batuk atau bersin.  Penyebab penyakit kusta bisa ditangani dengan pengobatan tepat dan intensif. Terlepas dari reputasinya yang menular, penyebab penyakit kusta bisa dicegah dan disembuhkan.

Penyakit kusta merupakan penyakit yang dapat diobati dan jarang menyebabkan kematian. Namun, kondisi kesehatan satu ini berisiko mengakibatkan cacat kepada penderitanya. Jadi, kamu perlu mewaspadai penyebab dan cara penularannya.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (19/8/2022) tentang penyakit kusta.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Penyebab Penyakit Kusta

Penyakit kusta sering juga disebut dengan penyakit lepra. Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae (M. leprae) atau Mycobacterium lepromatosis (M. lepromatosis). Penyakit ini terutama menyerang kulit, saraf tepi, permukaan mukosa pada saluran pernapasan atas dan mata. Mycobacterium ini bisa berkembang secara perlahan.

Faktor penyebab penyakit kusta dialami seseorang di antaranya adalah kontak fisik secara rutin dengan penderita kusta, tinggal di daerah endemik kusta, hingga menderita cacat genetik pada sistem kekebalan tubuh.

Penyakit kusta diketahui bisa dialami oleh semua usia mulai dari masa kanak-kanak hingga usia sangat tua. Penyebab penyakit kusta dapat menular bahkan sebelum terdeteksi. Meski begitu penyakit kusta ini dapat disembuhkan dan pengobatan dini dengan mencegah sebagian besar kecacatan.

3 dari 5 halaman

Penularan Penyakit Kusta

Menurut WHO, mekanisme pasti penularan penyakit kusta tidak diketahui. Setidaknya sampai saat ini, kepercayaan yang paling banyak dipegang adalah bahwa penyakit kusta ditularkan melalui kontak antara orang yang terinfeksi dan orang sehat. Ini biasanya terjadi ketika seseorang bersin atau batuk. Para ilmuwan percaya itu ditangkap melalui tetesan-tetesan uap air yang melewati udara dari seseorang yang menderita kusta tetapi belum memulai pengobatan.

Bakteri yang menyebabkan kusta berkembang biak dengan sangat lambat. Penyakit ini memiliki masa inkubasi rata-rata (waktu antara infeksi dan munculnya gejala pertama) selama lima tahun. Gejala mungkin bisa tidak muncul selama 20 tahun. Baru-baru ini kemungkinan penularan melalui jalur pernapasan semakin meningkat. Ada juga kemungkinan lain seperti penularan melalui serangga yang tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan. Penyakit ini sebenarnya sulit menular, tapi kontak yang dekat dan berulang dengan orang yang tidak diobati untuk jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seseorang tertular kusta.

Ada banyak stigma di sekitar yang mengatakan kusta adalah hukuman atau kutukan. Banyak orang juga beranggapan kusta bisa menular dengan mudah begitu saja. Kusta bukanlah kutukan, penyakit keturunan, dan tidak bisa ditularkan melalui sentuhan singkat.

Diperlukan kontak jangka panjang dengan seseorang dengan kusta yang tidak diobati selama berbulan-bulan untuk tertular penyakit ini. Menurut CDC, seseorang tidak dapat terkena kusta dari kontak biasa dengan orang yang menderita kusta, seperti berjabat tangan atau berpelukan, duduk bersebelahan di bus, atau duduk bersama saat makan.

Penyebab penyakit kusta juga tidak diturunkan dari ibu ke bayinya yang belum lahir selama kehamilan dan juga tidak menyebar melalui kontak seksual. Cara terbaik untuk mencegah kusta adalah menghindari kontak jangka panjang dan dekat dengan penderita kusta yang tidak diobati.

4 dari 5 halaman

Gejala Penyakit Kusta

Gejala penyakit kusta bisa berbeda pada tiap individu. Gejala utama penyakit kusta meliputi:

- Munculnya lesi ringan pada kulit dan bertahan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

- bercak kulit dengan sensasi berkurangnya rasa, seperti sentuhan, rasa sakit, dan panas.

- kelemahan otot

- mati rasa di tangan, kaki, kaki, dan lengan

- masalah mata

- saraf yang membesar, terutama di siku atau lutut

- hidung tersumbat dan mimisan

- keriting jari dan ibu jari

- bisul di telapak kaki.

Tanpa perawatan, kusta dapat merusak kulit, saraf, lengan, kaki, kaki, dan mata secara permanen. Luka pada kulit akibat penyebab penyakit kusta lebih mungkin terinfeksi, karena pertahanan kekebalan melemah oleh kusta. Kondisi ini juga bisa menyebabkan penyerapan kembali tulang rawan oleh tubuh. Ini membuat adanya infeksi sekunder yang dapat mengakibatkan hilangnya jaringan. Kondisi ini mengarah pada pemendekan yang khas pada jari kaki dan jari tangan.

Kerusakan pada selaput lendir yang melapisi bagian dalam hidung terkadang dapat menyebabkan kerusakan internal dan jaringan parut. Kusta juga dapat menghancurkan saraf yang bertanggung jawab untuk berkedip. Hal ini dapat menyebabkan mata menjadi kering dan rentan terhadap infeksi, berpotensi mengakibatkan ulserasi dan kebutaan.

5 dari 5 halaman

Pengobatan Penyakit Kusta

Melansir dinkes.jakarta.go.id, pengobatan penyakit kusta dilakukan dengan mengonsumsi obat secara teratur sesuai dengan petunjuk Petugas Kesehatan. Hal ini tentunya mengharuskan seorang penderita kusta untuk segera memeriksakan diri saat mengalami gejala-gejala kusta.

Obat untuk menyembuhkan penyakit Kusta dikemas dalam Blister yang disebut MDT (Multi Drug Therapy) atau pengobatan lebih dari 1 macam obat. Kombinasi obat dalam Blister MDT tergantung dari tipe Kusta. Bila tipe Kering, obat harus dikonsumsi selama 6 bulan (6 Blister). Kemudian untuk Tipe Basah obat harus diminum selama 12 bulan (12 Blister) dan harus teratur.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.