Sukses

Apa Itu Stockholm Syndrome? Ketahui Asal Usul dan Gejalanya

Stockholm syndrome adalah sandera atau korban akan bersimpati dengan pelakunya.

Liputan6.com, Jakarta Beredar video mengenai rekonstruksi kasus pembunuhan Brigadir Yoshua alias Brigadir J yang dilaksanakan pada 30 Agustus 2022 lalu. Dalam video tersebut memperlihatkan kebersamaan dua tersangka Ferdy Sambo dan istrinya Putri Candrawathi yang menyita perhatian publik.

Dalam rekonstruksi tersebut keduanya saling rangkul, peluk, bahkan cium kening itu disebut romantis oleh banyak warganet. tidak sedikit warganet yang justru menaruh simpati kepada keduanya yang disebut dengan stockholm syndrome. Lantas apa itu stockholm syndrome?

Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai apa itu stockholm syndrome beserta gejala dan asal usulnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (2/9/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Apa Itu Stockholm Syndrome

Dikutip dari Medical News Today, apa itu stockholm syndrome adalah respons psikologis yang sering dikaitkan orang dengan penculikan dan penyanderaan. Seseorang dengan stockholm syndrome mampu mengembangkan asosiasi positif dengan penculik atau pelakunya.

Stockholm syndrome adalah sandera atau korban akan bersimpati dengan pelakunya. Hal ini sangat berkebalikan dengan kondisi yang harus dirasakan oleh korban, yang akan merasa marah ketakutan, hingga kesal.

Stockholm syndrome membuat korban mulai mengembangkan perasaan positif terhadap penculiknya. Mereka bahkan mungkin mulai merasa seolah-olah memiliki  tujuan yang sama. Banyak psikolog dan profesional medis menganggap stockholm syndrome sebagai mekanisme koping atau cara untuk membantu korban menangani trauma dari situasi yang menakutkan.

Terlepas dari apa itu stockholm syndrome, keterkaitan sindrom ini dengan momen kebersamaan dua tersangka Ferdy Sambo dan istrinya Putri Candrawathi yang saling rangkul, peluk, bahkan cium kening tersebutb justru membuat korban justru simpatik kepada pihak pelaku kejahatan. Alih-alih marah kepada pelaku, pihak korban justru kasihan kepada pelaku.

Stockholm syndrome ini juga berarti sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahanan dari manusia secara psikolog karena telah lelah. Daripada melawan terus, marah, takut terus, atau benci terus, akhirnya dia berusaha menerima kondisi dia dengan cara bersimpati terhadap pelaku.

3 dari 5 halaman

Gejala Stockholm Syndrome

Dikutip dari Health Line, terdapat beberapa gejala umum dari stockholm syndrome adalah sebagai berikut:

1. Korban mengembangkan perasaan positif terhadap orang yang menahan mereka atau menyiksa mereka.

2. Korban mengembangkan perasaan negatif terhadap polisi, figur otoritas, atau siapa pun yang mungkin mencoba membantu mereka melarikan diri dari penculiknya. Mereka bahkan mungkin menolak untuk bekerja sama melawan penculiknya.

3. Korban mulai merasakan kemanusiaan penculiknya dan percaya bahwa mereka memiliki tujuan dan nilai yang sama.

4. Korban merasa iba dengan sang pelaku.

5. Korban mungkin menolak untuk bekerja sama melawan sang pelaku.

6. Korban secara sadar dan sukarela membantu pelaku, bahkan untuk melakukan tindak kejahatan sekali pun.

4 dari 5 halaman

Asal Usul Stockholm Syndrome

Asal usul dari stockholm syndrome dimulai ketika tahun 1973 di Stockholm, Swedia. Kala itu, ada dua pria bernama Jan-Erik Olsson dan Clark Olofsson menyandera empat orang selama enam hari dalam perampokan bank di Stockholm, Swedia. Setelah para sandera dibebaskan, keempat sandera itu menolak untuk bersaksi melawan para penculik mereka dan bahkan mengumpulkan uang sebagai bentuk pembelaan. Para sandera mengungkapkan bahwa Olsson dan Olofsson memerlakukan mereka dengan baik dan tidak menyakiti mereka.

Psikolog dan ahli kesehatan mental kemudian menetapkan istilah "stockholm syndrome". Karena menjadi jelas bahwa karyawan bank yang jadi sandera telah mengembangkan semacam kasih sayang terhadap orang-orang yang menahan mereka.

5 dari 5 halaman

Contoh Kasus Stockholm Syndrome

Dikutip dari Health Line, berikut ini beberapa kasus terkenal yang merupakan stockholm syndrome, antara lain:

1. Patty Hearst

Kasus pertama yang paling terkenal yaitu cucu pengusaha dan penerbit surat kabar William Randolph Hearst diculik pada tahun 1974 oleh Symbionese Liberation Army (SLA). Selama penahanannya, dia meninggalkan keluarganya, mengadopsi nama baru, dan bahkan bergabung dengan SLA dalam merampok bank. Kemudian, Hearst ditangkap, dan dia menggunakan stockholm syndrome sebagai pembelaan dalam persidangannya. Pembelaan itu tidak berhasil, dan dia dijatuhi hukuman 35 tahun penjara.

2. Natascha Kampusch

Pada tahun 1998, Natascha yang saat itu berusia 10 tahun diculik dan disimpan di bawah tanah di sebuah ruangan yang gelap dan terisolasi. Penculiknya, Wolfgang Přiklopil, menahannya selama lebih dari 8 tahun. Selama waktu itu, dia menunjukkan kebaikannya, tetapi dia juga memukulinya dan mengancam akan membunuhnya. Natascha berhasil melarikan diri, dan Přiklopil bunuh diri. Akun berita pada saat itu melaporkan Natascha “menangis tanpa henti” yang berarti bahwa Natascha telah mengidap stockholm syndrome.

3. Mary McElroy

Pada tahun 1933, empat pria menahan Mary McElroy yang berusia 25 tahun dengan todongan senjata, merantainya ke dinding di sebuah rumah pertanian yang ditinggalkan, dan menuntut uang tebusan dari keluarganya. Ketika dia dibebaskan, dia berjuang untuk menyebutkan nama para penculiknya dalam persidangan berikutnya. Dia juga secara terbuka menyatakan simpati kepada mereka.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.