Sukses

Cara Bertahan Hidup di Tengah Ancaman Resesi, Mulai Berhemat dan Bijak Kelola Uang

Berikut adalah tips dan langkah antisipasi untuk menghadapi ancaman resesi.

Liputan6.com, Jakarta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan peringatan bahwa dunia berada di ambang resesi. Ini tidak hanya berdampak pada negara-negara saja, melainkan juga akan berdampak pada banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.

Jika resesi juga berdampak pada perekonomian Indonesia, kemungkinan pemerintah akan mengambil sejumlah kebijakan moneter dan fiskal untuk setidaknya meredam dampaknya. Pemerintah melalui bank sentral, yakni Bank Indonesia, bisa saja menurunkan suku bunga.

Dengan turunnya suku bunga, diharapkan nasabah atau orang-orang yang menyimpan uangnya di bank, menarik uangnya untuk dibelanjakan. Dengan begitu, aktivitas ekonomi akan hidup kembali dalam hal jual-beli. Dengan menurunkan suku bunga, perusahaan terdorong untuk melakukan pinjaman modal, yang nantinya bisa digunakan untuk produksi. Dari sisi fiskal, pemerintah bisa memberikan stimulus berupa bantuan tunai atau semacamnya, untuk menggairahkan aktivitas ekonomi.

Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat biasa, yang tidak bisa mengambil suatu kebijakan, untuk bisa bertahan di tengah ancaman resesi? Ini tentu menjadi pertanyaan menarik untuk dijawab.

Meski sebagian besar orang adalah anggota masyarakat biasa yang tidak punya wewenang untuk mengambil kebijakan terkait perekonomian suatu negara, namun setidaknya ada sejumlah langkah antisipasi yang bisa kita lakukan mulai dari sekarang.

Namun sebelum itu, penting bagi kita untuk mengetahui apa itu resesi, untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai apa yang harus kita lakukan sebagai langkah antisipasi. Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (6/10/2022), berikut adalah penjelasan singkat mengenai apa itu resesi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Apa itu resesi?

Dalam situasi normal, kondisi perekonomian suatu negara mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dilihat kesejahteraan masyarakat yang meningkat, serta nilai barang dan jasa yang juga meningkat. Nilai barang dan jasa disebut sebagai Gross Domestic Product/produk domestik bruto (GDP).

Jika perekonomian suatu negara mengalami pertumbuhan, tentu akan menimbulkan dampak positif, baik itu terhadap pemerintah, pengusaha atau perusahaan, maupun masyarakat umum. Bagi pemerintah, pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan penerimaan pajak. Bagi pengusaha dan perusahaan, pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan laba dan kapasitas produksi. Sementara itu bagi masyarakat umum, pertumbuhan ekonomi dapat membuka lebih banyak lapangan kerja.

Lalu apa itu resesi? Resesi adalah kondisi yang sebaliknya, di mana suatu negara tidak mengalami pertumbuhan ekonomi, bahkan merosot, selama dua kuartal atau lebih. Resesi ini ditandai dengan menurunnya segala macam aktivitas ekonomi, termasuk produksi, konsumsi, dan investasi.

Lalu apa dampaknya? Bagi pemerintah, tentu saja menurunnya penerimaan pajak. Alhasil, mereka harus menekan anggaran untuk membiayai program-program, termasuk program pelayanan publik, seperti subsidi BBM, subsidi pendidikan, dan subsidi kesehatan.

Jika aktivitas ekonomi menurun khususnya dalam hal jual-beli, maka persediaan barang akan menumpuk di gudang. Dengan kata lain, perusahaan harus menahan produksi barang sampai ketersediaannya habis. menghentikan produksi artinya juga harus mengurangi faktor produksi, salah satunya adalah karyawan.

Dengan kata lain, masyarakat umum juga akan terkena imbasnya. Dengan dikuranginya subsidi, tentu saja ini akan berdampak pada naiknya harga barang dan jasa, termasuk kebutuhan pokok. Belum lagi ancaman PHK. Itu adalah gambaran terburuk yang bisa terjadi ketika suatu negara mengalami resesi.

Meski demikian, sebagai masyarakat umum yang tidak mengambil kebijakan penting mengenai hal ini, kita masih bisa mempersiapkan diri dan mengambil langkah antisipasi, untuk setidaknya bisa bertahan di tengah ancaman resesi.

3 dari 5 halaman

Cara Bertahan Hidup di Tengah Ancaman Resesi

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, meski kita tidak mengambil kebijakan ekonomi, setidaknya kita bisa mempersiapkan diri untuk bisa bertahan di tengah resesi. Berikut adalah hal yang bisa kita lakukan untuk dapat bertahan di tengah resesi.

Lunasi Utang

Sebisa mungkin, cobalah untuk melunasi utang yang Anda miliki. Jika Anda memiliki lebih dari satu utang, lunasi utang dengan suku bunga tertinggi terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke utang berikutnya. Jika tidak mungkin untuk melunasi utang, tanyakan pada debitur apakah Anda dapat pindah ke tingkat bunga yang lebih rendah.

Siapkan Dana Darurat

Menyiapkan dana darurat seharusnya tidak hanya dilakukan untuk menghadapi resesi saja. Situasi darurat bisa datang kapan saja. Resesi hanyalah salah satu situasi darurat tersebut.

Dana darurat memiliki peran penting untuk membantu kita dalam melewati masa resesi. Apalagi, salah satu risiko yang bisa saja terjadi saat resesi adalah PHK, di mana banyak perusahaan menurunkan kapasitas dan mengurangi faktor produksinya, antara lain karyawan.

Saat terjadi resesi, kita bisa saja terancam kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu, penting untuk menyiapkan dana darurat. Anda bisa menyisihkan sebagian dari penghasilan bulanan Anda, yang telah dikurangi berbagai macam tagihan.

Pastikan Anda bisa mengumpulkan dana darurat, setidaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama waktu yang dibutuhkan untuk mencari pekerjaan baru, atau sekitar 3 sampai 6 bulan.

4 dari 5 halaman

Cari Sumber Penghasilan Tambahan

Mencari sumber penghasilan tambahan menjadi langkah penting untuk mempersiapkan diri menghadapi resesi. Bahkan jika Anda telah memiliki pekerjaan tetap yang membuat Anda merasa aman.

Ada banyak pilihan yang bisa Anda pertimbangkan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Anda bisa berjualan secara online sebagai dropshipper, mengajar di waktu senggang, menawarkan jasa yang sesuai dengan keterampilan, atau melakukan pekerjaan paruh waktu lainnya.

Bisa jadi, sumber penghasilan sampingan Anda justru malah berkembang pesat setelah melewati masa resesi.

Pikirkan untuk Melakukan Investasi

Meskipun mungkin tampak berlawanan, resesi seringkali bisa menjadi peluang bagus untuk berinvestasi. Asalkan Anda memiliki dana darurat yang baik, dan tidak terlalu menghindari risiko, mungkin ada baiknya untuk mencoba untuk berinvestasi agar dapat membuat uang Anda tumbuh.

Secara umum, gaya investasi defensif cenderung berhasil selama resesi. Artinya investasikan uang Anda untuk membeli saham perusahaan produsen yang menyediakan kebutuhan pokok seperti kertas toilet, obat-obatan, makanan. Perusahaan seperti itu biasanya lebih stabil dibandingkan perusahaan produsen barang mewah.

5 dari 5 halaman

Belajar Skill Baru

Ini bisa menjadi kesempatan sempurna untuk mempelajari keterampilan baru atau mencoba beralih karier. Banyak orang mengatakan bahwa semakin banyak Anda belajar, semakin banyak penghasilan Anda. Anda dapat menggunakan waktu luang untuk mempelajari keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja, misalnya keterampilan desain grafis, video editing, copywriting, dan sebagainya.

Tekan Pengeluaran yang Tidak Perlu

Selama resesi, sangat penting bagi Anda untuk menemukan cara untuk menekan pengeluaran. Anda dapat mulai memotong biaya dengan menunda membeli barang-barang mewah. Anda bisa memanfaatkan diskon-diskon di berbagai e-commerce untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Anda.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.