Sukses

Indonesia Resmi KLB Polio, Ini Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia resmi menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio. Kementerian Kesehatan atau Kemenkes RI, mengungkap ada 415 Kabupaten/Kota di 30 provinsi di Indonesia yang masuk kriteria risiko tinggi polio karena rendahnya imunasi atau vaksinasi polio.

“Kalau lihat cakupan oral polio virus OPV dan IPV memang seluruh Indonesia rendah terutama saat Pandemi Covid-19,” ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers di Jakarta, pada Sabtu (19/11/2022).

Indonesia KLB polio ditetapkan karena adanya kasus polio baru di Indonesia - sejak delapan tahun Indonesia ditetapkan bebas polio oleh Organisasi Kesehan Dunia (WHO). Lalu, penyelidikan yang dilakukan epidemologi, didapati faktor perilaku hidup bersih dan sehat penduduk yang masih kurang. Masih ada penduduk yang menerapkan BAB terbuka di sungai.

Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio. Virus ini bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja manusia. Polio memicu cedera saraf atau kelumpuhan permanen, kesulitan bernapas, hingga kematian.

Penyakit polio tidak ada obatnya dan tidak bisa disembuhkan, perawatan hanya bisa dilakukan untuk meringankan gejala. Kemenkes RI menegaskan, imunisasi atau vaksinasi polio adalah tindakan yang paling efektif untuk mencegah penyakit polio.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang penyebab polio, gejala polio, cara mengobati polio, dan cara mencegah polio, Minggu (20/11/2022).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyebab Polio dan Penjelasannya

Polio adalah penyakit penyebab kelumpuhan pada anak yang disebabkan oleh infeksi virus. Penyebab poli adalah virus polio. Kemenkes RI, menjelaskan virus penyebab polio adalah golongan dari Human Enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja.

Selain menyebabkan kelumpuhan karena memicu cedera saraf, polo juga menyebabkan penderita mengalami kesulitan bernapas hingga kematian. Polio tidak bisa disembuhkan dan hanya ada pengobatan untuk mengurangi gejalanya. Lalu, vaksinasi polio untuk mencegah infeksi virus lebih dini.

Ada tiga strain virus penyebab polio yang perlu diketahui. Mulai dari virus polio strain-1 (Brunhilde), virus polio strain-2 (Lansig), dan virus polio strain-3 (Leon), ketiganya termasuk family Picornaviridae. Kemudian, ada dua jenis virus penyebab polio yang sering ditemukan.

Virus penyebab polio adalah ada virus polio liar atau WPV (Wild Poliovirus) dan VDPV (Vaccine Derived Poliovirus). VDVP mejadi virus polio vaksin/sabin yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Penetapan jenis virus penyebab polio ini ditentukan dari pemeriksaan laboratorium.

VDVP sebagai virus penyebab polio yang melumpuhkan penderitanya, diklasifikasikan menjadi tiga kategori:

1. Immunodeficient-related VDPV (iVDPV) berasal dari pasien imunodefisiensi.

2. Circulating VDPV (cVDPV) ketika ada bukti transmisi orang ke orang dalam masyarakat.

3. Ambiguous VDPV (aVDPV) apabila tidak dapat diklasifikasikan sebagai cVDPV atau iVDPV.

Virus polio bisa menginfeksi, lalu menyebabkan kelumpuhan dengan merusak motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang. Polio rentan menyerang usia berapa pun, tetapi anak-anak di bawah usia 5 tahun lebih berisiko.

Ini faktor risiko polio lainnya yang Liputan6.com lansir dari berbagai sumber:

1. Polio berisiko pada mereka yang tinggal di daerah terpencil dengan akses air bersih sulit.

2. Ibu hamil dengan HIV positif.

3. Anak-anak yang tidak mendapat vaksin polio.

4. Tinggal atau merawat penderita polio.

5. Pernah melakukan operasi tonsilektomi.

6. Tinggal di daerah yang sedang ada wabah polio.

7. Bekerja dengan spesimen virus.

3 dari 4 halaman

Gejala Polio dan Penjelasannya

Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengungkap banyak orang yang terinfeksi virus polio tanpa gejala atau tidak ada gejala yang terlihat. Pada kondisi ini, penderita polio tetap berisiko menularkannya kepada orang lain.

Bagaimana gejala polio yang bisa diamati?

Menghimpun data dari CDC, ada sekitar 1 dari 4 orang (25 dari 100) orang yang terinfeksi virus polio dan mengalami gejala seperti flu. Gejala polio seperti flu akan berlangsung 2 sampai 5 hari, kemudian hilang dengan sendirinya. Ini gejala polio yang umum terjadi:

1. Sakit tenggorokan

2. Demam

3. Kelelahan

4. Mual

5. Sakit kepala

6. Sakit perut

Kemudian, gejala polio pada sebagian kecil orang  akan berkembang menjadi gejala yang lebih serius, seperti gejala yang memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang. Ini gejala polio yang serius:

1. Meningitis (infeksi pada selaput sumsum tulang belakang dan/atau otak)

Kondisi ini umumnya terjadi pada sekitar 1-5 dari 100 orang dengan infeksi virus polio, bergantung pada jenis virusnya.

2. Kelumpuhan (tidak dapat menggerakkan bagian tubuh) atau kelemahan pada lengan, kaki, atau keduanya

Kondisi ini umumnya terjadi pada sekitar 1 dari 200 orang hingga 1 dari 2000 orang, bergantung pada jenis virusnya. Kelumpuhan menjadi gejala polio paling parah karena dapat menyebabkan kecacatan permanen dan kematian.

Antara 2 dan 10 dari 100 orang yang mengalami kelumpuhan akibat infeksi virus polio meninggal karena virus menyerang otot yang membantu mereka bernapas.

Bagaimana dengan mereka yang bisa pulih dari polio?

Anak-anak yang tampaknya pulih sepenuhnya dari polio atau gejala polio, masih akan mengalami nyeri otot, kelemahan, atau kelumpuhan baru saat dewasa, ini terjadi lagi berselang 15 hingga 40 tahun kemudian. Ini disebut sindrom pasca-polio.

4 dari 4 halaman

Cara Mengobati dan Mencegah Polio

Cara Mengobati Polio

Cara mengobati polio ditegaskan oleh Kemenkes RI, hanya bisa dilakukan dengan perawatan untuk meringankan gejalanya. Itu artinya, tidak ada obat untuk polio. Perawatan polio yang dimaksudkan adalah:

1. Melakukan terapi fisik untuk merangsang otot.

2. Diberi obat antispasmodic untuk mengendurkan otot-otot dan meningkatkan mobilitas, bukan mengobati kelumpuhan polio permanen.

Apabila sudah terjangkit polio, cara mengobati polio yang bisa dilakukan adalah tatalaksana kasus lebih ditekankan pada tindakan suportif dan pencegahan terjadinya cacat.

Melakukan penemuan dini dan perawatan dini untuk mempercepat kesembuhan dan mencegah bertambah beratnya cacat.

Tujuannya agar anggota gerak diusahakan bisa kembali berfungsi senormal mungkin dan penderita dirawat inap selama minimal 7 hari atau sampai penderita melampaui masa akut.

Cara Mencegah Polio

Cara mencegah polio tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan atau sanitasi air. Kemenkes RI menegaskan, imunisasi atau vaksinasi polio adalah tindakan yang paling efektif untuk mencegah penyakit polio.

Ada empat jenis vaksin polio yang perlu diketahui:

1. Oral Polio Vaccine (OPV)

OPV jenis vaksin polio yang aman, efektif, dan memberikan perlindungan jangka panjang sehingga sangat efektif dalam menghentikan penularan virus. Vaksin ini diberikan secara oral. Setelah vaksin ini bereplikasi di usus dan diekskresikan, risikonya dapat menyebar ke orang lain dalam kontak dekat.

2. Monovalent Oral Polio Vaccines (mOPV1 and mOPV3)

mOPV jenis vaksin aman, OPV Monovalen (mopVs) dikembangkan pada awal tahun 1950an. Vaksin polio ini memberikan kekebalan hanya pada satu jenis dari tiga serotipe OPV.

Akan tetapi, tidak memberikan perlindungan terhadap dua jenis lainnya. OPV Monovalen untuk virus Polio tipe 1 (mopV1) dan tipe 3 (mOPV3) dilisensikan lagi pada tahun 2005 dan akhirnya mendapatkan respon imun melawan serotipe yang lain.

3. Bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV)

bOPV jenis vaksin polio yang setelah April 2016 menggantikan vaksin virus Polio Oral Trivalen. Bivalen OPV mengandung virus serotipe 1 dan 3 yang dilemahkan, dalam jumlah yang sama seperti pada vaksin trivalen.

Bivalen OPV menghasilkan respons imun yang lebih baik terhadap jenis virus Polio tipe 1 dan 3 dibandingkan dengan OPV trivalen, tetapi tidak memberikan kekebalan terhadap serotipe 2.

4. Inactivated Polio Vaccine (IPV)

Sebelum bulan April 2016, vaksin virus Polio Oral Trival (topV) adalah vaksin utama yang digunakan untuk imunisasi rutin terhadap virus Polio. Dikembangkan pada tahun 1950 oleh Albert Sabin, tOPV terdiri dari campuran virus polio hidup dan dilemahkan dari ketiga serotipe tersebut.

tOPV tidak mahal, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang untuk ketiga serotipe virus Polio. Vaksin Trivalen ditarik pada bulan April 2016 dan diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV), yang hanya mengandung virus dilemahkan vaksin tipe 1 dan 3.

Vaksinasi polio tetap harus dibarengi dengan menjaga protokol kesehatan ketat. Seperti mencegah penularan ke orang lain melalui kontak langsung (droplet) dengan menggunakan masker bagi yang sakit dan sehat.

Kemudian, mencegah pencemaran lingkungan (fecal-oral) dan pengendalian infeksi dengan menerapkan buang air besar di jamban dan mengalirkannya ke septic tank.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.