Sukses

Penyebab Kanker Paru yang Tidak Boleh Disepelekan, Tak Hanya Merokok

Semua orang bisa memiliki risiko kanker paru-paru.

Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu lalu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia tepatnya pada Minggu (7/7/2019) pukul 02.00 waktu Guangzhou, Tiongkok.

Selama hidup, Sutopo diketahui mengidap kanker paru yang membuatnya harus beberapa kali dirawat. Dalam sebuah wawancara pada Health Liputan6.com di Februari tahun lalu, Sutopo mengatakan bahwa dirinya terkejut ketika mendengar diagnosis kanker paru stadium 4B.

"Awalnya syok karena saya tidak merokok, genetik tidak ada dan makan sehat. Tapi saya pikir ya sudahlah. Ini garis hidup saya. Saya jalani saja dengan ikhlas," ujar Sutopo beberapa waktu lalu.

Ya, merokok memang bukan satu-satunya faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena kanker paru. Masih ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena kanker paru.

Tentunya ini menjadi hal yang perlu diperhatikan dan dihindari. Oleh karena itu, kamu perlu mengetahui beberapa faktor penyebab kanker paru lainnya selain kebiasaan merokok. Berikut ini Liputan6.com, Selasa (9/7/2019) telah merangkum dari berbagai sumber beberapa faktor penyebab kanker paru selain kebiasaan merokok. Jangan disepelekan, ya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Perokok Pasif

Tak banyak orang yang menyadari adanya risiko terkena kanker paru dengan berada di sekitar perokok aktif. Ya, perokok pasif maupun perokok aktif mampu memperburuk kondisi kesehatan paru-paru.

Hal ini telah ditunjukkan pada sebuah penelitian bahwa orang yang tidak merokok, namun dirinya tinggal dengan perokok aktif maka akan memiliki tingkat risiko kanker sebesar 24% jika dibandingkan dengan bukan perokok lainnya.

3 dari 7 halaman

Polusi Partikel dalam Jangka Panjang

Polusi partikel juga mengacu pada campuran partikel padat dan cair yang sangat kecil di udara yang sering dihirup. Bukti menunjukkan bahwa polusi partikel seperti yang berasal dari asap knalpot dan polusi udara dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru. Oleh karena itu, penting banget menggunakan masker saat di jalan.

4 dari 7 halaman

Menghirup Bahan Kimia

Tak hanya menghirup asap rokok dari si perokok aktif dan polusi, menghirup bahan kimia atau mineral seperti asbes, arsenik, kromium, nikel, jelaga, atau tar dalam jangka waktu yang lama juga bisa meningakatkan risiko kanker paru-paru. Biasanya kondisi ini dialami oleh para pekerja di industri manufaktur atau pertambangan tertentu.

Mereka mungkin memiliki paparan yang lebih tinggi terhadap bahan kimia. Oleh karena itu, bagi kamu yang bekerja atau memiliki kegiatan di lingkungan tersebut disarankan untuk mengecek kondisi kesehatan secara rutin untuk mengetahui kondisi paru-parumu.

5 dari 7 halaman

Serat Asbes

Zat lainnya yang bisa merusak kesehatan paru-paru adalah serat asbes. Serat tersebut diketahui serat silikat yang mampu bertahan seumur hidup di jaringan paru-paru setelah terpapar. Pada umumnya, serat asbes ini mudah dijumpai di tempat kerja. Paslanya, asbes banyak digunakan untuk bahan isolasi termal. Namun saat ini beberapa negara telah melarang penggunaan asbes.

Hal ini dikarenakan bila seseorang terpapar asbes dalam jangka waktu yang lama, bisa meningkatkan risiko kanker paru-paru.

6 dari 7 halaman

Gas Radon

Radon merupakan gas alami yang berasal dari batu dan kotoran dan dapat terperangkap di rumah serta bangunan. Gas ini tidak bisa dilihat, dicicipi, atau bahkan tercium baunya. Gas ini meluruh untuk membentuk produk yang memancarkan jenis radiasi ion. Nah, radon ini menjadi salah satu penyebab utama kedua dari kasus kanker paru-paru

7 dari 7 halaman

Faktor Genetik

Selain paparan dari luar, ternyata ada faktor genetik yang juga menjadi penyebab seseorang terkana kanker paru-pari. Ya, riwayat keluarga dengan kanker paru-paru mungkin akan menimbulkan risiko lebih tinggi terkena penyakit tersebut.

Nah, bila kamu mengetahui ada keluarga yang memiliki riwayat serupa, maka ada baiknya untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.