Sukses

Efek Samping Vaksin Booster COVID-19, Ketahui Efektivitasnya

Liputan6.com, Jakarta Program vaksinasi booster COVID-19 di Indonesia resmi dimulai pada 12 Januari 2022. Ada lima jenis vaksin booster COVID-19 yang diumumkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) mendapat izin penggunaan darurat (EUA).

"Dalam hal ini ada lima vaksin yang telah mendapatkan EUA," kata Penny dalam konferensi pers, pada Senin (10/1/2022). 

CoronaVac atau Sinovac, Pfizer, AstraZeneca, Moderna, dan Zifivax. Bagaimana Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (KIPI) atau efek samping vaksin booster COVID-19? Rata-rata efek samping vaksin booster yang dipaparkan oleh BPOM RI berada di grade 1 dan 2 atau ringan ke sedang.

Meski begitu, setiap jenis vaksin booster COVID-19 tetap memberikan efek samping yang berbeda-beda. Simak perbandingan efek samping yang diungkap BPOM dengan efek samping yang secara umum dilaporkan oleh masyarakat. Apa saja?

Berikut Liputan6.com ulas lima efek samping vaksin booster COVID-19, mekanisme pemberian, dan efektivitasnya, Minggu (16/1/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Efek Samping Vaksin Booster COVID-19

1. Efek Samping Vaksin Booster Sinovac

Efek Samping Vaksin Booster:

BPOM RI mengungkap efek samping vaksin booster Sinovac berupa nyeri di tempat suntikan, kemerahan, dan tingkat keparahannya berada di grade 1 dan 2. Ditambahkan, efek samping vaksin booster Sinovac adalah menyebabkan diare dengan kasus 1-1,5 persen.

Mekanisme Pemberian Vaksin Booster:

Jenis vaksin booster CoronaVac atau Sinovac akan digunakan untuk booster homolog. Itu artinya akan disuntikkan kepada peserta sesuai dengan jenis vaksin dosis lengkap awal atau sama dengan dosis ke-1 dan ke-2.

Efektivitas Vaksin Booster:

BPOM RI menegaskan, imunogenisitas (kemampuan memicu respon sistem imun) jenis vaksin booster COVID-19 Sinovac, menunjukkan peningkatan titer-antibodi netralisasi 21 sampai 35 kali setelah 28 hari pemberian vaksin booster ini pada subjek dewasa.

Dalam sebuah penelitian berjudul Effectiveness of Inactivated COVID-19 Vaccines Against COVID-19 Pneumonia and Severe Illness Caused by the B.1.617.2 (Delta) Variant: Evidence from an Outbreak in Guangdong, China yang diterbitkan pada 5 Agustus 2021 mengungkap efektivitasnya.

Efektivitas jenis vaksin booster COVID-19 Sinovac mencapai 51,29 persen dalam mencegah pneumonia akibat COVID-19. Efektivitas mencegah gejala COVID-19 gejala berat mencapai 100 persen.

2. Efek Samping Vaksin Booster Pfizer

Efek Samping Vaksin Booster:

BPOM RI mengungkap efek samping vaksin booster Pfizer berupa nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, demam dengan grade 1 sampai 2. Data menunjukkan keamanan dari kejadian tidak diinginkan atau aman dari efek samping vaksin booster yang parah.

Mekanisme Pemberian Vaksin Booster:

Jenis vaksin booster Pfizer akan digunakan untuk booster homolog. Itu artinya akan disuntikkan kepada peserta sesuai dengan jenis vaksin dosis lengkap awal atau sama dengan dosis ke-1 dan ke-2.

Pfizer adalah jenis vaksin booster COVID-19 dengan platform mRNA. Mekanisme pemberiannya, sebanyak satu dosis minimal setelah enam bulan dari vaksinasi primer untuk usia 18 tahun ke atas.

Efektivitas Vaksin Booster:

Kemudian, imunogenisitas (kemampuan memicu respon sistem imun) jenis vaksin booster COVID-19 Pfizer menunjukkan nilai rata-rata titer-antibodi netralisasi setelah satu bulan sebesar 3,3 kali.

Efektivitas jenis vaksin booster COVID-19 Pfizer sesuai data analisis yang dilakukan menunjukkan, capaiannya sampai 95 persen. Analisis ini diterbitkan pada November 2020 oleh perusahaan farmasi asal Amerika Serikat Pfizer bersama perusahaan asal Jerman, BioNTech.

3. Efek Samping Vaksin Booster AstraZeneca

Efek Samping Vaksin Booster:

BPOM RI mengungkap efek samping vaksin booster AstraZeneca bersifat ringan dan sedang. Ringan lebih besar 55 persen dan sedang mencapai angka 37 persen. Data keamanan menunjukkan hasil yang dapat ditoleransi dengan baik.

Sementara setelah disuntikkan pada masyarakat, efek samping vaksin booster AstraZeneca yang umum dilaporkan adalah nyeri di area suntikan, sakit kepala, kelelahan, myalgia, malaise, demam, tubuh menggigil, mual dan artralgia (nyeri atau kaki pada sendi).

Mekanisme Pemberian Vaksin Booster:

Jenis vaksin booster AstraZeneca akan digunakan untuk booster homolog. Itu artinya akan disuntikkan kepada peserta sesuai dengan jenis vaksin dosis lengkap awal atau sama dengan dosis ke-1 dan ke-2.

Efektivitas Vaksin Booster:

BPOM RI menegaskan, imunogenisitas (kemampuan memicu respon sistem imun) jenis vaksin booster COVID-19 AstraZeneca menunjukkan peningkatan nilai rata-rata titer-antibodi dari 1.792 menjadi 3.000-an, jadi sekitar 3,5 kali.

Efektivitas jenis vaksin booster COVID-19 AstraZeneca diungkap mencapai 79 persen efektif melawan gejala COVID-19 dan 100 persen efektif mencegah penderita mengalami sakit parah. Uji coba efektivitas ini dilakukan di Amerika Serikat dengan partisipasi relawan lebih dari 32.000 orang pada Maret 2021.

3 dari 3 halaman

Efek Samping Vaksin Booster COVID-19 Selanjutnya

4. Efek Samping Vaksin Booster Moderna

Efek Samping Vaksin Booster:

BPOM RI mengungkap efek samping vaksin booster Moderna berupa sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, dan rasa nyeri di tempat penyuntikkan. Dalam laporannya, uji klinis vaksin Moderna dilakukan pada 30 ribu orang.

Dalam laporannya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyebut efek samping vaksin booster Moderna adalah sakit pada area suntikan, bengkak, kemerahan, kemudian kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, kedinginan, mual dan muntah, demam dan ruam merah.

Sementara saat sudah digunakan pada masyarakat, efek samping vaksin booster Moderna yang umum dilaporkan adalah alergi seperti kesulitan bernapas, bengkak pada wajah dan tenggorokan, detak jantung cepat, ruam merah, pening dan lemah, myocarditis, pericarditis (inflamasi pada lapisan jantung).

Mekanisme Pemberian Vaksin Booster:

Jenis vaksin booster Moderna akan digunakan untuk booster homolog (disuntikkan kepada peserta sesuai dengan jenis vaksin dosis lengkap awal). Juga diberikan dengan mekanisme heterolog (disuntikkan kepada peserta berbeda dengan jenis vaksin dosis lengkap awal atau kombinasi) dengan pemberian setengah dosis saja.

Booster heterolog dapat diberikan hanya pada populasi yang pada saat vaksinasi ke-1 dan ke-2 memeroleh vaksin AstraZeneca, Pfizer, dan J&J.

Efektivitas Vaksin Booster:

BPOM RI mengungkap, jenis vaksin booster COVID-19 Moderna menunjukkan respons imun antibodi netralisasi sebesar 13 kalinya setelah pemberian dosis booster. Respon ini berlaku pada subjek dewasa dengan usia 18 tahun ke atas.

Efektivitas jenis vaksin booster COVID-19 Moderna dinyatakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mencapai 94 persen dalam laporan yang dirilis pda Desember 2020. FDA juga melaporkan kemanjuran vaksin bervariasi pada usia penerima.

Mereka yang berusia 18 sampai 64 tahun akan mendapatkan efektivitas hingga 95,6 persen. Sementara, mereka yang berusia 65 tahun ke atas mendapatkan perlindungan dari vaksin Moderna hingga 86,4 persen.

5. Efek Samping Vaksin Booster Zivivax

Efek Samping Vaksin Booster:

BPOM RI mengungkap efek samping vaksin booster Moderna berupa sistemik paling sering dilaporkan yakni, sakit kepala, kelelahan, dan demam.

Mekanisme Pemberian Vaksin Booster:

Jenis vaksin booster Zivivax akan digunakan untuk booster heterolog (disuntikkan kepada peserta berbeda dengan jenis vaksin dosis lengkap awal atau kombinasi). Booster heterolog jenis vaksin Zivivax dapat diberikan hanya pada populasi yang pada saat vaksinasi ke-1 dan ke-2 memeroleh Sinovac atau Sinopharm.

Vaksinasi booster dengan Zivivax hanya diberikan setelah penerima melakukan vaksinasi dosis lengkap dalam kurun waktu enam bulan ke atas. BPOM RI mengungkap peningkatan titer-antibodi netralisasi meningkat lebih dari 30 kali pada subjek yang sudah mendapatkan primer Sinovac atau Sinopharm.

Efektivitas Vaksin Booster:

Efektivitas jenis vaksin booster COVID-19 Zivivax meningkatkan antibodi jauh lebih tinggi. Ini sesuai hasil penelitian independent oleh National Center For Infectious Diseases, Beijing Ditan Hospital, Capital Medical University Beijing kepada 163 tenaga medis.

Hasil penelitian yang diungkap pada Desember 2021 oleh Direktur Pemasaran dan Kemitraan PT JBio DR dr Chairuddin Yunus MKes, menunjukkan booster secara heterolog dengan Zifivax memiliki tingkat neutralizing antibody terhadap original wuhan strain sebesar 1,6 kali lebih tinggi, bahkan terhadap varian Delta dan varian Beta jauh lebih tinggi lagi yaitu sebesar 2,4 kali lipat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.